Renungan Harian Kristen - Memilih Untuk Bahagia

Memilih Untuk Bahagia

Bacaan ayat: Yakobus 1:2-3 (TB) - "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan".

Oleh Pdt Feri Nugroho

Kapan terakhir anda bahagia?

Pertanyaan ini sejenak membawa kita untuk bernostalgia, mengenang banyak peristiwa yang telah terjadi dalam perjalanan kehidupan kita. Suka dan duka silih berganti.

Air mata bahagia dan kesedihan bercampur menjadi satu.

Beberapa pengalaman membawa semangat, namun beberapa yang lain 'mengeringkan tulang'.

Mengalami dinamika yang demikian, rasanya bahagia menjadi terhenti hanya pada moment tertentu ketika diucapkan sebagai doa.

Ucapan selamat berbahagia ketika menikah, menjadi pengharapan yang seakan terlupakan dihari-hari berikutnya ketika menjalani kehidupan pernikahan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Kasih Allah yang Tiada Batas

Lambat namun pasti, kita mulai dikuasai oleh keadaan dan situasi.

Pengalaman tidak menyenangkan lebih banyak menguras air mata.

Berbagai-bagai pergumulan telah mengalihkan perhatian dari pengharapan mula-mula untuk bahagia, ke arah kesulitan hidup yang seakan tiada berakhir.

Sangat ironis, jika setiap kali kita datang dalam ibadah minggu, mengawalinya dengan pengakuan bahwa pertolongan yang diterima adalah dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, namun kehilangan makna pertolongan tersebut dalam perjalanan kehidupan sehari-hari.

Dalam banyak kesempatan, Yesus berjumpa dengan orang-orang yang terabaikan.

Mereka disebut sebagai orang berdosa yang dinilai tidak layak untuk ambil bagian dalam ritual ibadah oleh aturan yang berlaku.

Mereka adalah para kusta yang harus bergumul dengan kelemahan fisik, sekaligus rasa terasing dan diasingkan. Orang cacat yang dianggap bersalah dan dipersalahkan karena kecacatannya.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Firman Tuhan Sebagai Pandu

Mungkinkah ada kebahagiaan dalam kehidupan mereka? Jangankan berharap untuk bahagia, terbersit untuk berbahagia saja, rasanya menjadi ide yang sulit untuk diterima.

Yesus hadir memberi pengharapan bagi mereka. Penerimaan Yesus terhadap mereka hendak memulihkan kembali harga diri dan identitas diri mereka sebagai manusia.

Jamahan Yesus membawa makna bahwa ada Seseorang yang peduli dan mau hadir dalam kehidupan mereka.

Pemulihan ini menjadi dasar bagi mereka untuk memilih respon yang tepat terhadap apa yang terjadi.

Bahagia menjadi sebuah pilihan yang masuk akal untuk dipilih didasarkan atas fakta bahwa mereka adalah manusia seutuhnya yang dikasihi oleh Allah.

Penerimaan Yesus menjadi modal yang cukup untuk memulai hidup baru dalam pengharapan bahwa mereka bisa menjadi orang yang berbahagia tanpa harus dibelenggu oleh keadaan.

Yakobus memberikan nasihat menarik yang paralel dengan tujuan penerimaan Yesus terhadap orang-orang yang dianggap berdosa oleh aturan beragama.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Mendidik Untuk Mendewasakan

Ia menasihatkan untuk menganggap sebagai kebahagiaan, apabila seseorang mengalami berbagai-bagai pencobaan atau hal-hal yang membuatnya menderita.

Nasihat ini mengasumsikan bahwa seseorang mempunyai potensi kebebasan untuk memilih respon terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.

Ia tidak boleh hanyut dalam penderitaan ketika berhadapan dengan penderitaan, sebaliknya ia mempunyai otoritas untuk memilih respon tetap berbahagia meskipun keadaan tidak memungkinkan untuk bahagaia.

Pilihan ini didasarkan pada pemahaman yang melampaui fakta. Pandangan iman dan keyakinan bahwa ujian terhadap iman akan menghasilkan ketekunan, menjadi dasar untuk memilih berbahagia.

Artinya, fakta yang dihadapi saat ini berupa penderitaan, ketika direspon dengan tetap berbahagia akan membuat seseorang semakin bertekun dalam pengharapan.

Kehidupannya akan semakin percaya dan mempercayakan diri kepada Allah, Sang Sumber

Pertolongan sejati dalam kehidupan.
Saatnya berubah dengan memilih untuk berbahagia. Bahagia itu pilihan, bukan penemuan.

Bahagia itu diciptakan dalam keputusan yang berpengharapan, bukan ditentukan oleh keadaan dan perasaan.

Bahagia itu sederhana, ketika seseorang terus mampu melihat karya Tuhan dalam setiap perkara. Berbagahagilah.. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam