Kisah Ibu yang Gadaikan KTP dan KK Untuk Makan, Bahkan Sang Anak Tidak Bisa Ikut Pembelajaran Daring

Ibu dua anak warga Donorejo, Kecamatan Simokerto, ini tak bisa menahan sedih atas kondisi yang menimpa dirinya bersama keluarga.

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
KONTAN/FRANSISKUS SIMBOLON
ilustrasi kemiskinan 

TRIBUNJAMBI.COM - Dampak pandemi corona benar-benar menghimpit keluarga pekerja serabutan ini pada situasi sangat sulit.

Betapa tidak , untuk sekadar makan, keluarga Santi harus menggadaikan apa saja yang dia miliki.

Tangis Ny Santi Marisa (33) pecah ruangan Fraksi PDIP DPRD Kota Surabaya, Senin (15/2/2021).

Ibu dua anak warga Donorejo, Kecamatan Simokerto, ini tak bisa menahan sedih atas kondisi yang menimpa dirinya bersama keluarga.

"HP saya gadikan Rp 350.000. KK dan KTP juga," ucap Santi menahan tangis.

Santi harus melakukannya lantaran tidak ada lagi yang bisa buat makan sehari-hari.

Suaminya, Toha Mustofa, biasa bekerja serabutan jadi kuli proyek.

Selama pandemi tidak adalagi pekerjaan.

Baca juga: Hati-hati, Berikut Arti Mimpi Dipecat Dari Pekerjaan, Ada yang Mendapat Penurunan Jabatan

Baca juga: Ramalan Zodiak Har ini, Aquarius, Kamu Dapat Mengatasi Masalah Rumit dengan Mudah Tanpa Batas

Baca juga: Beberapa Arti Mimpi Bayi, Ada yang Berarti Bahwa Kamu Sedang Dibutuhkan

Santi Marisa, warga Pacar Keling, Kecamatan Tambaksari, bersama anaknya menangis di Fraksi PDIP DPRD mengadukan kondisinya yang menggadaikan apa saja, termasuk KTP demi bisa makan, Senin (15/2/2021).
Santi Marisa, warga Pacar Keling, Kecamatan Tambaksari, bersama anaknya menangis di Fraksi PDIP DPRD mengadukan kondisinya yang menggadaikan apa saja, termasuk KTP demi bisa makan, Senin (15/2/2021). ()

Kehadiran Santi di ruang fraksi itu mengejutkan Achmad Hidayat, tenaga ahli Fraksi PDIP.

Achmad yang juga Wakil Sekertaris DPC PDIP Surabaya ini bisa merasakan kesedihan warga yang tiap hari tinggal di Jl Gresikan, Pacar Kembang, Kecamatan Tambaksari ini.

Sambil menyertakan dua anaknya yang masih usia SD dan TK, Santi tidak henti-hentinya sesenggukan.

Dia mengaku sudah tidak punya apa-apa lagi. HP satu-satunya yang juga untuk media daring sekolah anaknya terpaksa digadaikan untuk makan.

Sudah ada beberapa bulan ini suami Santi tidak lagi bisa menafkahi dirinya bersama dua anaknya.

"Gurunya menanyakan kenapa Cantika (anak pertama) tidak mengerjakan tugas hingga sebulan lebih. Saya sedih dan malu. Soalnya HP saya gadaikan dan belum bisa kami tebus," ucap Santi lirih.

Anak pertamanya itu sekolah di SDN Kapasan V. Santi berniat meminjam HP tetangga tapi harus masuk grup sekolah.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved