Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Eka Marsella Mahasiswa Rusia Asal Jambi: Cerita Sebelum dan Ketika Pandemi

Tribunjambi.com berhasil mewawancarai Eka Marsella, mahasiswa strata satu asal Jambi di People's Friendship University of Rusia.

istimewa
Wawancara Eksklusif Eka Marsella Mahasiswa Rusia Asal Jambi: Cerita Sebelum dan Ketika Pandemi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Semua orang punya cerita sebelum dan ketika pandemi Covid-19 melanda. Begitu pula cerita dari negara Rusia, yang ada mahasiswa asal Jambi di sana.

Tribunjambi.com berhasil mewawancarai Eka Marsella, mahasiswa strata satu asal Jambi di People's Friendship University of Rusia.

Berikut bagian dari pembicaraan beberapa waktu lalu:

Tribun Jambi: Bisa diceritakan pengalaman sebelum dan saat pandemi Covid-19?

Eka Marsella: Kebetulan saya sampai di Rusia itu tahun 2016, pertama pendidikan bahasa dahulu.

Kemudian mulai kuliah tahun 2017, dan sekarang tahun kelima saya, masuk ke semester delapan.

Sebelum pandemi Covid-19, semua kuliah offline, ke kampus. Saya kuliah Hubungan Internasional.

Setelah adanya Covid-19 ini, tahun 2020 kuliah offline-nya untuk jurusan saya benar-benar kurang lebih satu pekan.

Karena Januari 2020 ada winter bridge, jadi kita libur. Februari sampai Maret itu ada internship di kantor.

Jadi kuliah nggak ketemu dosen, nggak ketemu teman-teman juga.

Setelah usai internship, masuk kuliah satu pekan. Tiba-tiba di Moscow ada kasus orang terkonfirmasi positif Covid-19.

Lalu kasus itu bertambah. Akhir Maret pemerintah Rusia riset untuk close border, dan mahasiswa dikuliahkan secara online.

Nah, dari situ sampai 2020 akhir kita benar-benar kuliah secara online.

Sebenarnya ada plus minusnya. Tetapi terasa sekali online itu nggak efektif, karena nggak face to face, dan nggak datang ke kelas.

Terus juga pas Maret 2020, setelah mulai online. Kan saya tinggal di dormitory (asrama), ada teman satu dorm yang bukan mahasiswa Indonesia itu tenaga kesehatan (nakes).

Kita dikarantina selama 17 hari, dan sama sekali nggak boleh keluar.

Benar-benar, makan di kasih. Tiap pagi itu ada yang ngetokin kamar untuk mengecek suhu tubuh.

Itu benar-benar pengalaman yang bikin pressure banget sih sebenarnya. Karena takut juga, ditambah dengan informasi mengenai Covid-19 ketika awal-awal bikin orang takut dan khawatir.

Takut dan khawatir dengan kondisi diri sendiri, orang sekitar, dan orang tua yang jauh di Indonesia. Itu sebelum adanya vaksin, dan penanganan yang lebih baik.

Karena informasi yang tersebar, kalau sudah kena Covid-19 pasti mengerikan. Dan membuat 2020 itu nano-nano sih.

Tribun Jambi: Di Rusia, kamu tinggal di kota apa?

Eka Marsella: Di Kota Moscow di ibukotanya.

Tribun Jambi: Mulai kuliah online tepatnya kapan?

Eka Marsella: Mulai akhir Maret, tapi pemerintah sini aware sih. Selama karantina 17 hari itu kita dikasih makan dari kampus, karena kita kan ada asuransi.

Terus juga kita swab test gratis tiga kali. Jadi saya gratis sih swab test di sini. Semua di-cover sama asuransi.

Tribun Jambi: Setelah 17 hari gimana kawan-kawan melengkapi kebutuhannya?

Eka Marsella: Kalau di tempat saya itu kan mulai ada beberapa gedung asrama. Di tempat saya itu gedung pertama kali ada kes.

Jadi sangat diwanti-wanti setelah 17 hari itu kita tetap ada jam, dimana kita boleh keluar sehari itu selama dua jam.

Tribun Jambi: Perasaan selama 17 hari?

Eka Marsella: Selama 17 hari itu rasanya kayak sedih, nangis. Ya karena khawatir itu tadi kan.

Takut kalau kita ada sinton aja, kita bakal dipindahin gedung, di mana kita akan diisolasi. Jadi tinggalnya nggak di gedung dimana kita tinggal.

Akhirnya jadi nggak produktif juga, karena beberapa plan kita cancel.

Awalnya ada janjian sama teman di bulan berapa gitu, terus tiba-tiba nggak bisa.

Terus, mau ke taman, dan super market saja selama 17 hari itu nggak boleh.

Bagaimana kita bisa tahu, healing ke luar, menghirup udara.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved