Wawancara Eksklusif
Agung Septian Alba Pembalap Muda Asal Bungo; Didik Pembalap Liar untuk Jadi Profesional
Mengawali debut sebagai pembalap sejak usia 14 tahun, Agung Septian Alba (22) kini sudah kaya pengalaman.
Agung : Jadi gini, Agung mikir Agung bukan orang yang imannya kuat, beramal yang bisa kemana-mana. Dengan apa bisa beramal ? Saya melihat adik-adik di sini, Muara Bungo atau Jambi, dia balapan tapi nggak tahu arahnya kemana.
Jadi Agung ingin timbul bibit-bibit baru. Sekarang Agung buat akademi, buat squad namanya Agung Alba Kopi Paman Squad. Jadi di sana anak didik umur 13, 14, 15 tahun dididik semua.
Nanti dititip ke tim. Jdi setelah Agung pensiun ada lagi penerus.
Tribun : Ada anak didik yang merupakan pembalap liar. Kenapa mau menarik (mendidik) mereka ?
Agung : Balapan liar itu sangat berbahaya, bisa meninggal, luka-luka. Mumgkin karena kita kekurangan sirkuit dan mungkin terjadi hampir di setiap daerah. Balapan liar itu karena tidak adanya sirkuit.
Dan dari sana Agung melihat ada yang ingin balapan Agung tarik. Dikurangi untuk balapan liar.
Dibawah naungan Agung, yang balapan liar itu kena denda.
Mereka kan berpikir denda harus dibayar baimana. Mereka harus ikut latihan setiap pagi, latihan balap motor, dan tidak balap liar lagi, tidak kebut-kebutan.
Tribun : Piala apa yang paling membanggakan dan alasannya hingga selalu dikenang?
Agung : Jadi piala yang sangat saya banggakan itu waktu pertama kali merantau ke Pulau Jawa final Kejurnas itu kelas pemula (MP3) saya langsung juara III. Jadi di sana saya bangganya minta ampun.
Dan dari sanalah saya bisa mengubah nasib saya jadi pembalap seperti ini. Dari sana saya bisa juara, menang, bisa dikontrak orang. Mulai dari sana perubahan saya.
Tribun : Kapan terakhir balapan di Pulau Jawa ?
Agung : Terakhir sebelum corona, di Sentul. Itu dapat juara IV MP1 dan juara V kelas 2.
Tribun : Bagaimana persiapan untuk mengikuti PON di Papua mendatang, harapannya ?
Agung : PON Papua itu kan motornya standar semua, sama semua. Jadi persiapannya mungkin menurunkan berat badan, karena harus meringankan berat badan. Karena motor semua speknya sama, jadi siapa yang ringan itu mungkin bisa ke depan.
Tribun : Saat balapan perlu energi yang lebih, bagaimana caranya untuk bisa bertahan hingga finish?
Agung : Saat balapan kita menjaga ritme balapan, suhu badan kita. Tahan fisik, tahan mesin motor, di akhir balapan baru di-push. Jadi menjaga ritme suhu badan itu sangat perlu.