Wawancara Eksklusif
Agung Septian Alba Pembalap Muda Asal Bungo; Didik Pembalap Liar untuk Jadi Profesional
Mengawali debut sebagai pembalap sejak usia 14 tahun, Agung Septian Alba (22) kini sudah kaya pengalaman.
Baca Berita Jambi lainnya di sini.
Baca juga:
Baca juga: Setelah Video COD di Muara Tembesi Viral, Amzi Bilang Jangan Terlalu Menghujat
Baca juga: Ikut Investasi Bodong Share Result, Member di Tanjabbar: Niatnya Cari Untung Malah Buntung
Baca juga: Heboh Tato Bendera Indonesia di Lengan Warga Brasil, Singgung Soal Naturalisasi dan Timnas
Baca juga: Syok Istri Sule, Putri Delina Tegaskan Ia Bukan Anak Nathalie Holscher: Aku Bukan Anak Bunda!
Tribun : Juara yang paling mengesankan?
Agung : Paling mengesankan saya juara nasional regional Sumatera dan PON Jawa Barat.
Sayangnya saya mengalami insiden kecelakan. Saya amesia ringan, tangan saya cidera tidak bisa melanjutkan.
Insya Allah saya akan mengikuti PON tahun 2021 ini.
Saya ingin menampilkan hasil yang luar biasa untuk Provinsi Jambi, saya ingin naik ke podium mendapatkan emas untuk PON Papua.
Tribun : Di mana daerah terjauh tempat adu kecepatan?
Agung : Kalau samapi sekarang daerah yang belum saya jangkau itu Kalimantan dan Papua. Cuma dua itu, selebihnya Jawa, Sumatera sudah. Dari ujung 0 kilometer sampai Lampung saya sudah coba.
Tribun : Hal yang paling tidak menyenangkan bagi seorang penari lintas (pembalap)?
Agung : Yang paling tidak menyenangkan kalau tidak menang di balapan kejuaraan nasional. Beda dengan kejurda, kalau kejurnas itu kita bebannya berat.
Setelah balapan kalau tidak menang itu jadi beban.
Kan kita dikontrak untuk balapan, tapi kalau tidak menang itu memang rasanya itu didunia ini kita tinggal sendirian, jadi mau ngapain.
Tribun : Dalam latihan ada komsumsi makanan khusus?
Agung : Kalau makanan tidak ada, yang penting tidak berlebihan, sayur dijaga. Saat balapan itu tidak mengonsumsi minuman yang berenergi sebab berbahaya.
Cukup minum air putih, yang alami saja.
Tribun : Dapat informasi abang telah memiliki anak didik yang dipersiapkan jika pensiun sebagai penari lintasan, seperti apa ceritanya ?