Terkuak, Begini Cara Kerja Buzzer, dan Segini Penghasilan yang Didapatkan, Capai Angka Puluhan Juta
Ternyata, ada riset khusus mengenai buzzer yang pernah diterbitkan University of Oxford pada tahun 2019 lalu.
Buzzer ini menggunakan berbagai strategi komunikasi.
Penelitian ini mengkategorikan kegiatan buzzer ke dalam empat kategori.
Pertama, penciptaan disinformasi atau media yang dimanipulasi.
Kedua, pelaporan konten atau akun secara massal.
Ketiga, strategi berbasis data.
Keempat, trolling, doxing atau gangguan.
Kelima, memperkuat konten dan media online.
Penciptaan disinformasi atau media yang dimanipulasi adalah strategi komunikasi yang paling umum.
Di 52 dari 70 negara yang diperiksa, pasukan siber secara aktif membuat konten, seperti meme, video, situs web berita palsu, atau media yang dimanipulasi untuk menyesatkan pengguna.
“Terkadang, konten yang dibuat oleh pasukan siber ditargetkan pada komunitas atau segmen pengguna tertentu.
Dengan menggunakan sumber data online dan offline tentang pengguna, dan membayar iklan di platform media sosial populer, beberapa pasukan siber menargetkan komunitas tertentu dengan disinformasi atau media yang dimanipulasi,” lanjutnya.
Adapun, penggunaan trolling, doxing, atau pelecehan merupakan tantangan dan ancaman global yang berkembang terhadap hak asasi manusia.
Terdapat 47 negara telah menggunakan trolling sebagai bagian dari senjata digital mereka.
“ Pasukan dunia maya juga menyensor ucapan dan ekspresi melalui pelaporan konten atau akun secara massal.
Kiriman dari aktivis, pembangkang politik, atau jurnalis sering kali dilaporkan oleh jaringan terkoordinasi dari akun pasukan siber untuk mempermainkan sistem otomatis yang digunakan perusahaan media sosial untuk menghapus konten yang tidak pantas,” jelasnya.