Terkuak, Begini Cara Kerja Buzzer, dan Segini Penghasilan yang Didapatkan, Capai Angka Puluhan Juta
Ternyata, ada riset khusus mengenai buzzer yang pernah diterbitkan University of Oxford pada tahun 2019 lalu.
TRIBUNJAMBI.COM - Cara kerja buzzer bukan hanya membela pihak tertentu, tapi menyerang pihak lain.
Bahkan menyerang hal bersifat pribadi para tokoh yang kritis di medsos.
Penggunaan buzzer untuk tujuan tertentu semakin marak dan kerap mengundang perdebatan.
Ternyata, ada riset khusus mengenai buzzer yang pernah diterbitkan University of Oxford pada tahun 2019 lalu.
Baca juga: Diduga Mendapat Gaji Fantastis dari Ikatan Cinta, Cara Arya Saloka Habiskan Uang Sungguh Bijak
Baca juga: Sampai Dilirik PKB Buat Maju Pilgub DKI 2024, Inilah Profil Lengkap Agnez Mo, Bakal Pesaing Gibran?
Baca juga: Pilihan Mobil Bekas Rp 70 Jutaan - Kijang Innova, Honda CR-V, Honda Jazz, Daihatsu Xenia Kia Picanto
Penelitian ini berjudul “The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation”.
Dalam penelitian itu, buzzer disebut sebagai pasukan siber, yakni instrumen pemerintah atau aktor partai politik yang bertugas memanipulasi opini publik secara online.
Penelitian ini secara komparatif memeriksa organisasi formal pasukan siber di seluruh dunia dan bagaimana para aktor ini menggunakan propaganda komputasi untuk tujuan politik.
Dalam laporan tersebut, pihaknya memeriksa aktivitas pasukan dunia maya di 70 negara, termasuk Indonesia.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan adanya variasi di berbagai negara mengenai skala dan rentang waktu pemanfaatan tim buzzer.
Di beberapa negara, tim muncul untuk sementara waktu di sekitar pemilihan atau untuk membentuk sikap publik seputar acara politik penting lainnya.
Lakukan Kontrol
Di sisi lain, ada buzzer yang diintegrasikan ke dalam lanskap media dan komunikasi dengan staf bekerja penuh waktu.
Mereka bekerja untuk mengontrol, menyensor, dan membentuk percakapan dan informasi online.
Beberapa tim terdiri dari beberapa orang yang mengelola ratusan akun palsu.
“Di negara lain - seperti China, Vietnam, atau Venezuela - tim besar orang dipekerjakan oleh negara untuk secara aktif membentuk opini publik,” tulis laporan ini dikutip Jumat (12/2/2021).