Putra Mahkota Bantai Keluarga Kerajaan, Sejarah Runtuhnya Kerajaan Nepal di Abad ke-21
Putra Mahkota Bantai Keluarga Kerajaan, Sejarah Runtuhnya Kerajaan Nepal di Abad ke-21
Saat itu, banyak yang mencurigai Gyanendra sebagai dalang dari pembantaian keluarganya sendiri dengan tujuan besar untuk merebut takhta.
Apalagi, kala dirinya memimpin Nepal, sistem demokrasi yang dibangun oleh ayahnya dikembalikan menjadi monarki absolut.
Bahkan, demi memiliki kendali mutlak atas negaranya, Gyanendra juga membubarkan parlemen dan menghukum semua lawan politiknya.
Keputusannya tersebut kelak menjadi bumerang karena rakyat justru semakin jengan dengan kerajaan, belum lagi mereka pun masih menyimpan kecurigaan pada diri Gyanendra dalam tragedi pembantaian keluarga istana.
"Saya juga mengira Raja, Gyanendra, terlibat dalam pembantaian kerajaan, dan dia adalah perencana utama. Ada panitia investigasi, dan itu memberi laporan, menyalahkan Pangeran Dipendra saat itu. Tapi… saya masih tidak percaya Dipendra membunuh mereka," tutur pustakawan Ananta Koirala
Sang raja kemudian secara bertahap kehilangan cengkeramannya atas Nepal, dimulai dengan mengembalikan anggota parlemen pada Mei 2006.
Pada akhir Desember 2007, keputusan tentang penghapusan monarki dalam pemerintahan Nepal resmi diluncurkan.
Hingga akhirnya tepat ada 28 Mei 2008, Raja Gyanendra resmi didepak dari singgasananya.
Tak selesai di situ, mantan raja yang dibenci rakyatnya tersebut kemudian diasingkan ke India.
Nepal pun resmi berubah menjadi Republik Federal dan menjadi satu-satunya monarki yang runtuh di abad ke-21.
Artikel ini telah tayang di Intisari.grid.id dengan judul Kisah Pembantaian Keluarga Kerajaan oleh Putra Mahkota, Awal dari Keruntuhan Satu-satunya Monarki di Abad ke-21