Akhirnya Mama Fajar Kaget Intel Polisi Main Mobile Legend Bareng Anaknya, Baru Sadar

Kisah intelijen andalan ini menyentuh hati. Saat siang, dia jualan bakso kemudian kalau malam jual sekoteng.

Editor: Duanto AS
Tribun Jambi
Ilustrasi main mobile legend 

"Makanya saya dan warga di sini curiga, dia intel Densus. Pernah sama anak-anak muda di sini, kita cecar dia intel bukan. Eh dia ngeles, katanya bukan, bukan," sambungnya.

Joko (51), warga yang rumahnya berhadapan dengan kontrakan yang dihuni oleh Alli justru pernah mendapati si tukang cilok tersebut membawa pistol di saku celananya.

"Bukan saya saja yang lihat, anak-anak di sini juga pernah lihat, 'Kok tukang cilok jualannya bawa pistol'. Saya sendiri lihatnya pas dia duduk di situ. Nah, pas duduk saya lihat kepala pistolnya nongol dan sedikit berkilau. Saya yakin itu FN, nggak mungkin glock," beber Ali.

Selain tukang cilok yang dicurigai, Supriyadi juga mencurigai dua pria yang mendatanginya beberapa jam sebelum Tim Densus 88 Polri melakukan penangkapan terhadap Ali pada Rabu sore.

Mulanya sekitar pukul 14.00 WIB, ada seorang pria berpakaian serba hitam dengan perawakan sedang dan kulit hitam, mendatanginya di warung.

Pria tersebut mencari kamar kontrakan kosong untuk ditempati. Kontrakan yang ditunjuknya merupakan kontrakan yang sama ditempati oleh Alli.

"Jam 2, ada seorang pakai kaos hitam dan celana bahan hitam. Dia nanya, apa ada kontrakan yang kosong. Saya jawab, ada tuh di atas, dekat yang ditangkap itu," kata Supriyadi.

Namun, pada pukul 16.00 WIB, pria tersebut datang kembali bersama temannya dengan perawakan dan pakaian yang sama. Kali ini, keduanya menanyakan tempat tinggal Ketua RT.

Dan Supriyadi memberitahukan nama dan tempat tinggal Ketua RT.

"Ngggak lama mereka sudah bawa Ketua RT di sini, Pak Marki, ke kontrakan ini. Lalu, nggak lama, banyak polisi pakai seragam Densus pada berdatangan dan dobrak pintu kontrakan nomor 6 di atas pakai besi. Mereka di dalam ada satu jam. Setelah itu sebagian polisi Densus itu pada turun dan bilang ke saya supaya tutup warung, katanya berbahaya. Saya tanya kasus apa, dia bilang kasus narkoba," ujarnya.

Mama Fajar Kaget, Intel Nyamar Main Mobile Legend

Ningsih (40) tak pernah menduga bahwa Iron ternyata anggota Densus 88.

Dalam sepengetahuannya, selama ini Iron mengaku bekerja di sebuah cafe.

Sudah tiga bulan ini, terhitung 23 September 20219, dia mengetahui pria itu yang ternyata melakukan pengintaian terduga teroris itu.

Aksi penangkapan terduga teroris di Cilincing itu bakal selalu diingatnya.

Kecurigaan Ningsih muncul kala mengetahui kebiasaan yang tak lazim Iron.

Pria itu setiap tengah malam selalu keluar.

"Jadi dia tengah malam sering nongkrong sendirian di sini sambil megang HP," ucap Ningsih.

Penuturan Ningsih, Iron biasanya duduk di warung yang menghadap ke rumah terduga teroris tersebut.

Melansir kompas.com, sebelum penggerebekan berlangsung kemarin, Ningsih juga mengaku sempat berinteraksi dengan Iron

Pertemuan itu terjadi pagi tadi saat dirinya hendak ke pasar.

Ningsih menjelaskan bahwa Iron mengaku akan pergi ke tukang jahit.

Baca juga: Selebgram dan Cucu Raja Bali Kedapatan Sedang Pesta Narkoba Jenis P-Flouro Fori

Ternyata, Iron justru kembali menggunakan seragam polisi.

Iron datang dengan mengenakan seragam polisi lengkap dengan sepucuk senjata laras panjang di tangannya.

Wajahnya Iron tampak ditutupi sebuah masker hitam.

"Warga pada bilang ngapain tuh si Iron di situ," ucap Ningsih.

Meski begitu, tidak ada warga yang berani menyapa Iron yang sudah berseragam.

Aktivitas dipantau

Tidak ada yang menduga bahwa pria yang sering main voli bareng warga ternyata intel Densus 88.

Selama dua bulan terakhir, pria itu telah biasa di lingkungan itu dua bulan terakhir.

Penyamaran anggota Densus 88 ini membuat warga kaget.

Warga Semper Barat mengaku terkejut ketika melihat seorang pemuda ikut dalam operasi penggeledahan rumah terduga teroris yang ada di Jalan Belibis V, Semper Barat, Jakarta Utara, Senin (23/9/2019).

Pasalnya, pemuda tersebut adalah orang yang biasa mereka temui di lingkungan sekitar selama dua bulan terakhir.

Seorang warga yang menyebut dirinya sebagai Mama Fajar mengatakan, pemuda yang biasa ia temui itu dipanggil warga dengan nama Iron.

Iron mengontrak di lantai dua sebuah indekos yang berada di seberang rumah terduga teroris tersebut.

"Dia itu teman dekat sama anak saya, sering main mobile legend bareng nih di sini," kata Mama Fajar di sebuah warung depan indekos tersebut.

Ibu itu menyebutkan, Iron dikenal baik oleh warga sekitar kampung tersebut.

Dia dikenal sangat ramah dan sering menyapa warga-warga sekitar.

"Dia sering keluar kos kok, kadang pagi suka ketemu kalau beli nasi uduk. Suka nongkrong, main voli sama warga sini juga. Eh tahunya dia anggota ( Densus 88)," ujar Mama Fajar.

Mereka takut mendekat karena cemas bom yang ditemukan di rumah terduga teroris MA (20) di kawasan tersebut meledak.

Adapun MA ditangkap setelah polisi mengembangkan tujuh terduga teroris lain yang ditangkap di Bekasi.

Setelah menangkap Arsad, polisi menggeledah kediamannya dan menemukan sejumlah barang bukti untuk membuat bom.

Bahkan, tim Densus 88 menemukan sebuah bom aktif berjenis TATP berdaya ledak tinggi di kediaman Arsad.

Bom aktif itu langsung diledakkan Polisi di sebuah lahan kosong yang tak jauh dilokasi mengingat bom tersebut sangat sensitif.

Baca juga: Kesehatan - Ramalan Zodiak Hari ini, Libra Disarankan untuk Menahan Diri dari Eksperimen Kuliner

Wanita penjinak bom

Gegana Brimob, pasukan khusus Polri yang menangani kejahatan dengan tingkat bahaya tinggi sering dikaitkan dengan profesi kaum laki-laki.

Melansir Tribunjogja.com, pasukan yang dibentuk pada 1974 ini baru menempatkan seorang polisi wanita (polwan) pada 1990, atau 17 tahun setelah pasukan itu berdiri.

Wanita pertama yang masuk Brimob kala itu beranggotakan empat polwan dan ditempatkan di pasukan Gegana.

Saat memasuki Gegana, mereka masih berusia 20 tahunan.

Keempat wanita gagah berani itu adalah Ina Rochmatin (22), Atanasia Tri Basuki (21), Serda Sayekti (20) dan Reny Irawati (20).

Sebagai wanita, tentu saja menjadi anggota Gegana Brimob tidak mudah. Sebab latihan fisik dan tantangan lainnya pun lebih berat dari kepolisian pada umumnya.

Apalagi Gegana Brimob ditugaskan untuk berurusan dengan bom, radio aktif, bahan kimia dan perlawanan teror.

"Kalau sudah masuk Brimob, hidup mati kami hanya untuk Brimob. Kami memang sudah teken kontrak mati," kata Ina Rochmatin yang saat itu berpangkat Sersan Dua seperti dikutip dalam Harian Kompas edisi 1 September 1991 di artikel "Empat Polwan Brimob Pertama Di Indonesia: "Kami Sudah Teken Kontrak Mati".

Ina dan ketiga rekannya mengikuti pendidikan dasar bintara Brimob Jawa Timur dengan rutinitas 60 persen latihan di lapangan.

Pendidikan lapangan itu berupa halang rintang lanjutan (merayap, melompat jurang), lintas alam (mendaki gunung, melewati sungai dan gua),

survival (bertahan di hutan selama dua hari), escape (menuruni puncak gunung dan berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer), turun tambang dari helikopter dan renang militer sejauh tiga mil.

Awalnya keempat Polwan itu menempuh pendidikan di Sekolah Bintara Polwan Ciputat dan nilai mata pelajaran menembak mereka masuk dalam kategori "kelas satu".

Pimpinan Polri yang melihat itu akhirnya menempatkan mereka pada Detasemen Gegana Brimob Polri.

Setiap anggota Brimob sudah teken kontrak tetap mengabdi selama 15 tahun di Brimob, sebelum mereka bisa pindah ke polisi umum.

Dalam hal ini, juga berlaku bagi wanita.

Dalam tugas lapangan, polwan-polwan Gegana Brimob ini dituntut mampu mennjinakan bahan peledak, perlawanan teror, SAR (search and rescue),

Dakhura (menghalau kerusuhan massal dengan tameng dan tongkat) dan Resmob (Reserse Mobil).

Jika sedang tidak bertugas mereka dijadikan sebagai staf Pusbrimob, staf operasi, personel maupun logistik.

Seluruh rintangan itu mungkin membuat orang ragu, namun keempat polwan itu berhasil membuktikannya. (*)

Baca juga: Siapa Jenderal (Purn) Sutarman, Tolak Tawaran Presiden dan Memilih Menjadi Seorang Petani

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved