Prediksi Langkah Politik Tuan Guru Bajang Setelah Manuver Dukung Jokowi, Analisis Mengejutkan

Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang memilih masuk Partai Golkar setelah hengkang dari Partai Demokrat. Mengapa Golkar dipilih

Editor: Duanto AS
Kolase Tribunnews
Tuanku Guru Bajang (TGB) dan Jokowi 

TRIBUNJAMBI.COM - Sosok Tuan Guru Bajang atau TGB lama tak terdengar lagi saat kondisi perpolitikan menghangat.

Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang memilih masuk Partai Golkar setelah hengkang dari Partai Demokrat.

Keputusan itu telah dibuat TGB beberapa waktu lalu.

Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu memutuskan keluar dari Partai Demokrat.

Berikut update terbaru kabar tentang TGB.

Sebelum masuk Partai Golkar, TGB sempat dikabarkan masuk Partai Nasdem.

Namun TGB langsung membantah kabar tersebut.

Baca juga: Peringatan Dini 4 Wilayah Hujan Petir Angin Kencang, Prakiraan Cuaca BMKG 20 Januari 2021

Ia lebih memilih Partai Golkar karena kondisi partai tersebut dinilai lebih dewasa dibanding partai lain.

"Menurut saya salah satu pertimbangannya karena Golkar ini partai yang paling dewasa kalau menurut saya. Artinya Golkar ini tidak perlu figur sentral lagi dalam menjalankan partainya," ujar pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, Senin (24/12/2018).

Tanpa adanya tokoh sentral, siapapun bisa menjadi ketua umum di Partai Golkar.

Partai beringin tersebut memang sudah beberapa kali berganti ketua umum seperti Setya Novanto dan Airlangga Hartarto.

Tuanku Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi
Tuanku Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi (WISATA LOMBOK)

Dia membandingkan dengan kondisi partai lain seperti Megawati dan PDI-P, Prabowo Subianto dan Gerindra.

Dengan kondisi itu, TGB dinilai lebih bisa berkembang di Golkar.

Jika ada jalannya, kata Hendri, bukan tidak mungkin suatu saat nanti TGB menduduki posisi ketua umum.

"TGB merasa dirinya lebih bisa berkembang dan bisa lebih berkarier politik di partai beringin itu dibandingkan dengan Nasdem yang masih memiliki tokoh sentral di sana. Kan Nasdem apa-apa pasti Surya Paloh," ujar Hendri.

Tanpa tokoh sentral ini, karier politik TGB bukan hanya lebih cemerlang. Namun TGB juga lebih leluasa berkarya di partai tersebut.

Sebab semua kebijakan tidak ditentukan oleh tokoh sentral seorang.

Baca juga: Kesehatan - Ramalan Zodiak Hari ini, Taurus Usahakan untuk Menjaga Kekuatan Mental dan Fisikmu

"Saya rasa dengan itu TGB justru bisa sangat berperan di Golkar. Apalagi Golkar juga butuh sosok seperti TGB. Ulama besar, pernah jadi pemimpin daerah," kata dia.

Sebelumnya, TGB resmi diperkenalkan sebagai kader Partai Golkar dalam forum silaturahim, Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (20/12/2018).

Setelah resmi bergabung, TGB langsung mendapatkan dua jabatan sekaligus meski baru bergabung ke dalam Partai Golkar.

Jabatan pertama yang diemban TGB adalah Ketua Koordinator Bidang Keumatan DPP Golkar.

Bidang ini adalah struktur yang baru diciptakan khusus setelah TGB menyatakan bergabung dalam keluarga besar partai beringin.

Selain itu, mantan kader Partai Demokrat ini langsung dipercaya menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden DPP Golkar.

+ Jalan Politik Tuan Guru Bajang, dari Partai Bulan Bintang, Demokrat hingga Berlabuh di Partai Golkar

Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi resmi bergabung ke Partai Golkar.

Ia secara resmi diperkenalkan oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam acara silaturahim Partai Golkar, Kamis (20/12/2018) malam.

Baca juga: Cinta - Ramalan Zodiak Hari ini, Aries Pasangan Mendukung Apapun yang Kamu Lakukan Hari ini

Golkar bukanlah partai pertama bagi mantan gubernur Nusa Tenggara Barat ini.
Sebelum bergabung ke dalam keluarga besar partai beringin, TGB sudah lebih dulu bergabung dengan dua partai lain.

PBB Partai pertama alumnus universitas Al-Azhar Kairo ini adalah Partai Bulan Bintang (PBB).

Lewat partai besutan Yusril Ihza Mahendra itu, TGB mengawali karir politiknya sebagai wakil rakyat.

Ia terpilih sebagai anggota DPR dari fraksi PBB untuk periode 2004-2009.

Selama di Senayan, TGB duduk di Komisi X membidangi masalah pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian dan kebudayaan.

Belum berakhir jabatannya sebagai anggota DPR, TGB mencoba peruntungan di ranah eksekutif.

Pada 2008, ia maju sebagai calon Gubernur NTB dengan diusung oleh PBB dan Partai Keadilan Sejahtera.

TGB yang berpasangan dengan Badrul Munir pun keluar sebagai pemenang.
TGB menjadi gubernur termuda di Indonesia dengan usia 36 tahun.

Demokrat Setelah menjabat Gubernur NTB, karir politik TGB makin moncer.
Ia meninggalkan PBB dan bergabung dengan partai penguasa saat itu, Partai Demokrat.

Belum lama bergabung dengan partai berlambang mercy, TGB langsung terpilih sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Demokrat NTB.

TGB pun percaya diri untuk kembali mencalonkan diri untuk bisa memimpin NTB dua periode.

Pada Pilgub NTB 2013, pria kelahiran Pancor, Selong, Lombok Timur ini kembali mencalonkan diri sebagai petahana.

Selain diusung oleh Partai Demokrat, TGB juga mendapat dukungan dari parpol lain yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, PDIP, PPP, PAN dan PKB. TGB yang kali ini maju bersama Muhammad Amin menang dengan total suara mencapai 44,36 persen atau setara 1,03 juta suara.

Prabowo ke Jokowi Pada Pilpres 2014, TGB memilih mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meski Partai Demokrat saat itu memutuskan untuk netral.

Saat itu, TGB menyatakan bahwa Prabowo-Hatta adalah pasangan yang tegas dan berani.

Prabowo-Hatta pada akhirnya berhasil mengalahkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di NTB.

Baca juga: Keuangan - Ramalan Zodiak Hari ini, Aries Kurang Beruntung, Gemini Akan Punyai Uang Banyak

Sebanyak 72,45 masyarakat NTB memilih Prabowo-Hatta. Namun, pasangan yang diusung koalisi merah putih itu kalah secara nasional.

TGB berubah sikap menjelang Pilpres 2019.

Pimpinan ormas Nadhlatul Wathan ini menyatakan dukungan untuk Jokowi memimpin dua periode.

Padahal, Jokowi kini masih kembali berhadapan dengan Prabowo Subianto, sosok yang didukung oleh TGB pada Pilpres 2014 silam.

Saat TGB menyatakan sikap mendukung Jokowi pada Juli lalu, Partai Demokrat juga belum menentukan sikap dalam pilpres, apakah mendukung Jokowi, merapat ke Prabowo atau membuat poros baru.

Tak lama setelah menyatakan dukungan ke Jokowi, TGB mengundurkan diri dari Partai Demokrat.

Alasan TGB mundur dari partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sampai saat ini masih misteri.

Saat ditanya wartawan, TGB hanya menyebut bahwa alasannya meninggalkan Demokrat bersifat pribadi.

Setelah TGB mundur, Demokrat belakangan mengambil keputusan untuk merapat ke Prabowo-Sandiaga Uno. Langkah ini diambil setelah Demokrat gagal membentuk poros ketiga.

Golkar Kini, TGB kembali meloncat ke Golkar, salah satu parpol pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

Beberapa hari sebelumnya, TGB juga sempat diklaim bergabung dengan Partai Nasdem.

Namun, TGB buru-buru membantah informasi sepihak yang disampaikan Sekjen Partai Nasdem Johnny G Platte itu.

Kemarin, saat kabar TGB masuk Golkar sudah tersiar, tak ada bantahan atau klarifikasi dari yang bersangkutan.

Sepanjang hari ia tak merespon pesan singkat atau telpon wartawan. TGB langsung menjawab kabar yang beredar dengan hadir langsung dalam silaturahim Partai Golkar pada malam harinya. Kehadiran TGB disambut antusias.

"Selamat bergabung Pak Zaniul Majdi atau Tuan Guru Bajang," kata Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memperkenalkan TGB kepada para elite partai beringin.

Airlangga mengatakan, TGB langsung mendapatkan dua jabatan sekaligus di DPP meski baru bergabung ke dalam Partai Golkar.

Jabatan pertama yang diemban TGB adalah selaku Ketua Koordinator Bidang Keumatan DPP Golkar.

Bidang ini adalah struktur yang baru diciptakan khusus setelah TGB menyatakan bergabung dalam keluarga besar partai beringin.

Baca juga: Arti Mimpi Bencana Alam, dari Diterjang Banjir, Badai, hingga Tsunami

Selain itu, TGB juga dipercaya menjabat Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Legislatif dan Presiden DPP Golkar.

Pemberian kedua jabatan ini kepada TGB sudah diputuskan dalam rapat pleno DPP yang digelar sehari sebelumnya.

Menurut Airlangga, DPP Golkar mempertimbangkan pengalaman dan rekam jejak TGB yang sudah malang melintang memimpin ormas, bergelut di partai politik hingga pemerintahan.

TGB pun bersyukur dan berterimakasih karena telah dipercaya untuk bergabung ke Partai Golkar.

"Bagi saya, dimana pun berada, sebagai seorang muslim saya maknakan sebagai dakwah. Sebagai seorang anak bangsa dimana pun berada, nawaitunya adalah bisa memberi kontribusi untuk Indonesia yang kita cintai," kata TGB.

+ Pengakuan Tuan Guru Bajang

Tuan Guru Bajang (TGB) H Muhammad Zainul Majdi turut serta memberikan tanggapannya soal kepulangan Habib Rizieq Shihab ke Indonesia.

Seperti diberitakan TribunLombok.com (Tribun Network), TGB mengatakan menghormati sosok Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) tersebut.
Tuan Guru Bajang menjelaskan penghormatan tersebut ada sebab umum dan sebab khusus.

Sebab umumnya, karena jalinan persaudaraan sesama Islam atau ukhuwah Islamiyah dan persaudaraan sesama anak bangsa atau ukhuwah wathoniyah, dan persaudaraan sebagai sesama umat manusia ukhuwah insaniyah.

“Adapun sebab khususnya adalah karena beliau adalah bagian dari zurriyat Rasul SAW dan bagian dari seorang ulama,” papar Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan ini.

Nahdlatul Wathan adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Nusa Tenggara Barat.

Selain itu TGB juga mengatakan terkait mengikuti seorang ulama, di mana harus juga dibarengi dengan kepahaman.

”Yang mau mengikuti silahkan, yang tidak juga silahkan, tapi harus dengan kepahaman,” ujar mantan Gubernur NTB tersebut.

Tapi TGB mengingatkan, jangan sampai orang yang tidak mengikuti lantas dicap sebagai orang yang kurang iman Islam-nya atau dicap sebagai seorang yang munafik.

Ketua Umum Organisasi Internasional Almumi Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia ini mengingatkan, tidak ada seorangpun selain Rasulullah SAW yang bisa mengklaim diri paling benar cara berislamnya.

Jangankan dalam urusan-urusan menyangkut fiqh siyasiyah (politik), dalam hal ibadah pun tidak bisa seseorang mengklaim cara imam yang diikuti paling benar, yang dianggap paling merepresentasikan Islam.

“Jangan mengecilkan Islam pada seseoang. Tidak ada satu orang pun di dunia ini selain Rasul SAW yang bisa mengatakan pendapatnyalah yang paling benar dalam memahami dan melaksanakan Islam,” tegasnya.

Lantas terkait pandangan politik, pihaknya mengaku ada beberapa hal yang tidak sependapat dengan Habib Rizieq Shihab.

Baca juga: Fakta Pasangan Bule Dideportasi Dari Indonesia, Sebut Diri Mereka Tak Memiliki Masalah

Perbedaan pandangan itu berdasarkan ilmu dan pemahaman yang ia ketahui.

“Tapi, itu tidak membuat berkurang penghormatan saya kepada beliau,” tandasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Pakar UGM Ungkap Masa Depan Politik Tuan Guru Bajang Usai Hengkang dari Demokrat Jadi Figur Sentral?

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved