Berita Sumatera
Tragis, Wanita di Bangka Barat Tewas Tubuhnya Tercabik-cabik Buaya Besar Saat Mandi di Kolong
Yati (36) seorang wanita di Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung tewas setelah menjadi korban keganasan buaya.
"Terakhir ada boat kawan kawan dari Desa Ranggi, setelah itu baru jasadnya bisa diambil. Kalau tidak ada boat itu mungkin tidak akan dilepas oleh buaya itu," tegasnya.
Habitat rusak
Kasus tewasnya Yati, perempaun asal Selapan Sumsel, korban sambaran buaya di Kolong Ranggi Bangka Barat, beberapa hari lalu, menarik perhatian sejumlah pihak.

Apalagi buaya juga sering ditemukan di habitat serupa di berbagai kabupaten di Provinsi Bangka Belitung (Babel).
Tak hanya di Bangka Barat, namun kisah seputar maraknya buaya pernah terjadi di Kabupaten Bangka.
Sejumlah warga di kabupaten ini juga pernah jadi korban sambaran buaya.
Kepala Satpol PP Kabupaten Bangka, Kusyono mengatakan, begitu banyaknya aktivitas manusia yang merusak habitat buaya, jadi penyebab konflik buaya dan manusia terus terjadi.
"Itu khususnya untuk di daerah kita sendiri. Dugaan kita juga seperti itu. Di mana mereka (buaya) keluar dari tempat habitat mereka.
Baca juga: Diduga Konsleting Listrik, Hotel Bintang Tiga Milik Anggota DPR RI di Bungo Terbakar
Baca juga: Awalnya Tertawa, Kini Presiden Jokowi Mulai Rasakan Efek Samping Vaksin Sinovac, Ini Kata dr Tirta
Baca juga: 77 Boks Berisi Benih Lobster Ditemukan Warga di Jembatan Parit 2, Masih Diselidiki Polres Tanjabbar
Yang biasanya di daerah bakau. Apalagi sekarang musim hujan, bisa saja mereka berpindah tempat. Dari sungai A ke sungai lain, karena meluapnya permukaan air," jelasnya kepada Bangkapos.com, Senin (18/1/2021).
Kerusakan lingkungan, seperti begitu maraknya tambang timah ilegal yang merusak habitat buaya, harus disikapi secara bijaksana.
Masyarakat, diminta agar jangan terlalu memikirkan diri sendiri, tanpa memikirkan dampak kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan.
Kusyono meminta agar oknum-oknum nakal yang merambah kawasan hutan bakau dan juga tidak bertanggung-jawab, dapat menyikapi dan menghentikan aktivitas merusak lingkungan habitat buaya.
"Ini harus menjadi kekhawatiran kita bersama dan kesadaran kita semua, termasuk para pelaku aktivitas tambang, khususnya yang ada di Wilayah Kabupaten Bangka," tegasnya.
Lebih lanjut, ia meminta oknum perusak lingkungan terkait, untuk dapat berpikir jernih harus memikirkan dampak yang disebabkan dari kerusakan lingkungan.
"Kalau sudah rusak kawasannya (bakau), ya tidak menutup kemungkinan salah satu anggota keluarga juga, bukan tidak mungkin ikut terdampak. Berkonflik dengan buaya," kata Kusyono.