Kejanggalan Bentuk Pesawat Sriwijaya Air yang Jatuh Diungkap Pengamat: Tapi Sayapnya Sudah Ada Flip
Pesawat ini belum masuk keluarga Boeing next generation alias masih dari keluarga Boeing klasik. Namun, kata Yayan, kondisi pesawat masih sangat layak
"Ini langka dan perlu didalami," kata Yayan.
Bila dirinci, dari data di atas yang telah disederhanakan dengan hanya memuat ketinggian dan kecepatan, "keanehan" perilaku pesawat tampak selepas pukul 14:40:05 WIB.
"Ini data bicara sampai satuan detik ya," tegas Yayan.
Pada waktu itu, ketinggian pesawat adalah 10.900 feet, dengan kecepatan 287 knot. Ketinggian dan kecepatan ini sudah dicapai tiga detik sebelumnya.
Buat catatan, karena ada penyebutan satuan berbeda, satu meter setara sekitar tiga feet, sementara satu knot setara dengan sekitar 1,85 kilometer (km) per jam.
Lalu, pada pukul 14:40:09, ketinggian turun ke 10.725 feet tetapi kecepatan masih sama. Penurunan ketinggian berlanjut ke posisi 8.950 feet dan kecepatan mulai turun ke 224 knot, lalu turun lagi ke 8.125 feet dan kecepatan 192 knot.
"Sampai di sini, data masih bisa dibilang bagus," kata Yayan.
Namun, lanjut dia, bagus di sini adalah dalam hal kepatuhan pada regulasi dan pengaturan komposisi antara ketinggian dan kecepatan.
Seperti Pesawat Kehilangan Tenaga
Regulasi penerbangan mengatur ketinggian di bawah 10.000 feet tidak boleh di atas 250 knot. Artinya, ketika ketinggian berkurang dari 10.000 feet, kecepatan pun harus diturunkan.
Namun, Yayan menyebut data menjadi cukup unik ketika ketinggian terus turun sampai 5.400 feet dan kecepatan turun pula hingga 115 feet.
"Ini seperti pesawat kehilangan tenaga. Posisi moncong pesawat turun, karena ketinggian terus berkurang, tapi kecepatan juga terus turun," ungkap Yayan.

Puncaknya, sebut dia, pesawat bisa diduga mengalami stall pada pukul 14.40:27, yaitu ketika ketinggian terpantau radar tinggal 250 meter tetapi kecepatannya melejit hingga ke 359 knot.
"Moncong pesawat diduga ke bawah tapi kecepatannya lalu mendadak bertambah teramat tinggi dan stall, ini langka," ujar Yayan.
Dalam kasus-kasus insiden penerbangan yang melibatkan stall, moncong pesawat mengangkat ke atas bahkan bisa tegak lurus ke atas.