Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Hidup Kekal yang Dijanjikan dalam Yesus Kristus

Bacaan ayat: Yohanes 3:36 (TB) - "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @cage_the_eilish
The Passion of the Christ 

Hidup Kekal yang Dijanjikan dalam Yesus Kristus

Bacaan ayat: Yohanes 3:36 (TB) - "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho
Pdt Feri Nugroho (Instagram @ferinugroho77)

Apakah hidup kekal itu? Seorang anak akan dengan mudah salah paham ketika diajak berfikir tentang hidup kekal.

Mereka akan bertanya, apakah hidup kekal itu enak?

Adakah disana mengerjakan PR dari sekolah?

Apakah tidak membosankan, jika hidup terus? Apakah harus bekerja? Dan lain-lain.

Pertanyaan ini berangkat dari pemahaman harafiah, bahwa hidup kekal itu hidup selama-lamanya, sementara pada saat yang sama membayangkan atau membandingkan kehidupan tersebut dengan kehidupan masa kini yang fana, dimana ruang dan waktu membatasinya.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Menyembah Allah yang Memperkenalkan Diri Menjadi Manusia dalam Yesus

Pertanyaan tersebut seperti pertanyaan seorang anak yang berhadapan dengan sebutir benih jagung siap ditanam, sementara seorang petani memberikan banyak penjelasan tentang hasil panen yang melimpah; tiba-tiba sang anak nyeletuk, "Dimana daun jagung itu?", sambil menatap heran pada benih jagung dihadapannya.

Hidup kekal, tanpa disadari, menjadi harapan banyak orang.

Setiap kali berulang tahun, harapan dalam setiap doa adalah umur panjang.

Beberapa budaya memahami usia lanjut sebagai simbol berkat Tuhan.

Menjadi kebanggaan bagi seorang yang lanjut usia ketika ia dapat menimang cucu atau cicit. Itu dipahami bahwa kehidupannya dalam kategori berbahagia dalam ukuran usia yang panjang.

Ketika berhadapan dengan fakta bahwa kehidupan harus berakhir dengan kematian, hidup kekal ditempatkan pada posisi baru terjadi ketika kehidupan saat ini sudah berakhir.

Ada kehidupan lain dibalik atau setelah kematian.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Darah Yesus menyucikan Manusia dari Dosa

Kehidupan yang dipahami hampir sama dengan kehidupan saat ini namun berbeda dalam beberapa hal.

Kehidupan saat ini dinilai sebagai sebuah persiapan dan kesempatan untuk mengumpulkan bekal agar kelak kehidupan kekal akan dinikmati dalam keindahan, tanpa harus dibatasi dengan berbagai aturan yang ada masa kini.

Hidup kekal menjadi berita sentral Alkitab ketika banyak orang percaya yang mengalami perjumpaan dengan Allah dalam pengalaman hidup memiliki pengharapan, bahwa hidup kekal itu nyata.

Mencermati berita Alkitab secara teliti, kita menemukan bahwa rancangan awal Allah ketika menciptakan kehidupan, ditujukan untuk kekekalan.

Alam semesta diciptakan untuk kekal.

Manusia dipercaya untuk mengelola dan menguasai bumi, juga terarah pada kehidupan yang berkelanjutan.

Manusia bekerja mengelola bumi diposisikan sebagai cara yang dipakai oleh Allah dalam rangka memelihara ciptaan.

Semua mengarah pada kehidupan indah dalam kekekalan tanpa ada rancangan untuk mengakhiri kehidupan.

Kekekalan itu akan tetap ada hanya dengan satu syarat utama yaitu manusia hidup dalam ketaatan kepada Allah.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Tidak Menyerah Karena Tuhan yang Memampukan dengan Memberikan Kekuatan

Ketika manusia tidak taat maka manusia akan mati, baik secara harafiah yaitu yang dari tanah akan kembali ke tanah dan yang dari Allah akan kembali kepada Allah, maupun mati dalam makna rusaknya tatanan kekekalan yang sudah dirancang oleh Allah.

Adam tidak seketika itu juga mati. Ratusan tahun dia masih menjalani kehidupan, namun segalanya telah rusak.

Relasi dengan Allah rusak, hubungan dengan sesama diwarnai pikiran yang berpusat pada diri, tugas memelihara bumi dipandang sebagai beban yang mengharuskannya berpeluh untuk memperoleh makanan.

Bersyukur jika sisa-sisa kekekalan itu masih ada.

Gambar buram kekekalan masih menampakan siluetnya. Ilmu fisika menemukan bahwa energi itu kekal, hanya berubah bentuk.

Rantai makanan berputar tiada henti dalam keseimbangan.

Alam secara periodik menetapkan ulang komposisinya dalam hitungan jutaan tahun menurut ukuran usia manusia.

Pada sisi lain, Allah ternyata merancang untuk memulihkan ciptaan-Nya yang telah rusak karena ketidaktaatan dan pemberontakan manusia.

Berbagai aturan dalam rangka penyelamatan untuk mengatur relasi ditemukan oleh manusia dengan akal budinya.

Atau disampaikan kepada para nabi melalui Firman-Nya untuk kembali ditaati oleh manusia.

Manusia mendapatkan kesempatan kedua untuk menata ulang kehidupan.

Karya penyelamatan tersebut berpuncak pada Yesus, Firman yang menjadi manusia; lahir sebagai seorang anak.

Kelahiran-Nya yang ajaib melalui seorang perawan membuat-Nya disebut sebagai Anak Allah.

Tentu menjadi sebuah kebodohan jika berfikir bahwa Allah beristri maka Ia mempunyai Anak.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Jalan Kehidupan Masih Terus Berlanjut

Kebodohan tersebut sama dengan seseorang yang bertanya, 'Dimana ayah ibunya?' ketika dia diminta untuk mencari anak kunci.

Anak Allah merujuk pada posisi kelahiran-Nya atas keinginan Allah, bukan keinginan manusia laki-laki melalui hubungan seksual.

Itu sebabnya, Dia adalah Anak yang tidak berdosa.

Ia berkarya untuk memulihkan relasi dengan menyatakan hukum Kasih: agar manusia mengasihi Allah dan mengasihi sesama tanpa syarat.

Peristiwa kematian-Nya dalam rangka menggantikan manusia yang telah tidak taat, telah membereskan persoalan dosa yang selama ini menjadi penghalang bagi manusia untuk membangun relasi dengan Allah.

Kebangkitan-Nya memulihkan kembali hidup kekal yang dirancang Allah sejak semula dan menawarkan kembali hidup kekal tersebut kepada manusia untuk percaya.

Pada saat yang sama, pilihan untuk percaya akan memberikan jaminan bahwa hidup kekal itu nyata, dapat terjadi saat ini dan disini ketika seseorang memutuskan untuk percaya kepada-Nya dan hidup dalam ketaatan.

Injil Yohanes menviralkan kembali hidup kekal yang dirancang Allah sejak semula.

Bahwa dengan percaya kepada Anak, yaitu Yesus Kristus maka seseorang akan mendapatkan jaminan kehidupan kekal, sementara yang tidak percaya akan mendapatkan murka Allah.

Pernyataan ini bukan dalam rangka mengintimidasi, namun menegaskan tentang konsekuensi logis dari pilihan.

Hidup kekal yang dijanjikan dan dijaminkan, telah mengubah cara pandang terhadap kehidupan yang terjadi saat ini.

Kehidupan dipandang sebagai kesempatan untuk hidup dalam ketaatan, bekerja sebagai sarana untuk memelihara kehidupan, bahkan (yang paling ditakutkan) kematian hanya sebuah pintu menuju kehidupan kekal yang dinyatakan kelak dalam tubuh yang baru, yang tidak binasa dan seperti malaikat.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Megahkanlah Tuhan Karena Dia Tuhan yang Berkarya Menyelamatkan Kita

Ketika kehidupan kekal itu dinyatakan melalui pintu yaitu kematian, seseorang yang percaya tidak perlu direpotkan dengan hal-hal yang pernah terjadi saat ini.

Dalam kekekalan yang sudah dinyatakan, kehidupan akan mengatasi ruang dan waktu.

Tidak perlu repot tentang makanan atau minuman, kawin dan dikawinkan, laki-laki atau perempuan, tua atau muda: semua tidak berlaku lagi.

Sebab kita sudah memakai tubuh yang tidak lagi bisa binasa.

Hanya satu langkah yang diperlukan untuk memperoleh semua itu, yaitu percaya kepada Anak

. Setelah itu, jalanilah kehidupan dalam pengharapan. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved