Harga Kedelai Naik, Ukuran Produksi Tempe di Jambi Diperkecil, Ini Kata Disperindag
Ani juga berujar, bahan baku pembuat tahu dan tempe ini sebagian besar merupakan kedelai impor.
Penulis: Monang Widyoko | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Mengalami lonjakan harga bahan baku, para perajin tempe memperkecil ukuran produksinya.
Hal ini disampaikan oleh Ani Rosnifa, Plt Kepala Disperindag Provinsi Jambi.
Ia mengatakan harga kedelai saat ini berada di Rp 9.200 per kilogramnya.
Baca juga: Kandungan Vaksin Sinovac hingga Hasil Sementara Uji Klinis Fase 3, Tak Timbulkan Efek Samping Serius
Baca juga: Edaran Bupati, Dinas Lingkungan Hidup Muarojambi Mengajak Semua Perusahaan Ikut Sumbangkan PAD
Baca juga: Jalan Rusak di Kecamatan Senyerang Tanjabbar akan Diperbaiki Tahun Ini
"Sebelumnya harga kedelai Rp 7.500," katanya, Senin (4/1/2021).
Ani juga berujar, bahan baku pembuat tahu dan tempe ini sebagian besar merupakan kedelai impor.
"75 persen kedelai kita itu impor dan 25 persen lagi lokal," jelasnya.
Oleh karena kenaikan ini, Ani mengatakan produsen tempe pun harus berputar otak untuk mengatasinya.
Yakni salah satunya dengan memperkecil ukuran tempe yang mereka produksi.
"Biar tetap sama harganya, mereka (produsen tempe) memperkecil ukuran tempe. Harganya sendiri Rp 6 ribu - Rp 7 ribu," bebernya.
Namun untuk produksi tahu ia mengatakan tidak bisa dilakukan hal ini.
"Iya soalnya tahu itu menggunakan cetakan yang sudah ada. Jadi tidak bisa diubah lagi ukurannya," tambahnya.
Sementara itu, upaya yang pihaknya lakukan untuk saat ini lebih pada memantau ketersediaan kedelai agar tetap ada di Jambi.
"Kami akan terus pantau ketersediaan kedelai. Pasokan yang masuk akan terus dimonitor," pungkasnya.