Militer AS Mengirimkan Pesawat Pembom B-52 Berkemampuan Nuklir ke Timur Tengah, Ada Apa?

Komando Pusat AS menyebut aksi ini dilakukan untuk menunjukkan komitmen militer AS, terhadap keamanan regional dan menunjukkan kemampuan unik, untuk d

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
national interest
Ilustrasi pesawat tempur. 

TRIBUNJAMBI.COM - Komando Pusat AS menyebut aksi ini dilakukan untuk menunjukkan komitmen militer AS, terhadap keamanan regional dan menunjukkan kemampuan unik, untuk dengan cepat mengerahkan kekuatan tempur yang luar biasa dalam waktu singkat.

Pesawat pembom ini dikirim dari AS di tengah ketegangan yang sedang berlangsung dengan Iran dan milisi yang didukung Iran di Irak.

Selain itu kekhawatiran bahwa Iran mungkin berusaha melakukan aksi balasan terhadap kepentingan AS, untuk menandai peringatan satu tahun serangan pesawat tak berawak yang menewaskan Jenderal Qasem Soleimani.

"Amerika Serikat terus mengerahkan kemampuan siap tempur ke dalam area tanggung jawab Komando Pusat AS, untuk mencegah potensi musuh dan menjelaskan bahwa kami siap dan mampu menanggapi setiap agresi yang ditujukan pada Amerika, atau kepentingan kami," kata Jenderal Frank McKenzie , Komandan Komando Pusat AS, seperti dikutip dari kontan.co.id.

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Senin 4 Januari 2021, BMKG Rilis Data 22 Wilayah Berpotensi Hujan Lebat

Baca juga: Kelamaan Soal Impor Vaksin Covid-19, Hotman Paris Kritik Jokowi

Baca juga: Sasaran Vaksinasi Covid-19 di Jambi Tahap Pertama Tenaga Kesehatan, Sopir Ambulans, Hingga Satpam

Menanggapi langkah tersebut, penasihat militer untuk Pemimpin Tertinggi Iran berbicara langsung kepada Presiden Donald Trump dalam sebuah tweet.

Mayor Jenderal Hossein Dehghan memperingatkan Trump "untuk tidak mengubah Tahun Baru menjadi periode berkabung bagi orang Amerika" setelah pengiriman pesawat pembom tersebut.

Penerbangan pesawat bomber pada Rabu (30/12/2020) lalu itu merupakan pengiriman bomber ketiga di Timur Tengah dalam 45 hari terakhir.

Menarik Kapal Induk Nimitz

Mengutip kompas.com, Amerika Serikat (AS) dikabarkan menarik kapal induk mereka dari Timur Tengah, setelah militer Iran menerapkan siaga tinggi.

Kabar ini berembus setelah Teheran bersiap menyongsong peringatan satu tahun kematian jenderal top mereka, Qasem Soleimani, pada Minggu (3/1/2021).

Intelijen AS mengungkapkan, mereka bersiaga setelah muncul indikasi serangan balasan yang dilakukan oleh Iran akan terjadi secepatnya.

Kepada New York Times, sumber Gedung Putih menuturkan Penjabat Menteri Pertahanan Christopher C Miller memerintahkan penarikan kapal induk USS Nimitz.

Kapal induk pertama untuk kelas Nimitz itu ditarik dari Timur Tengah untuk memberikan sinyal "de-eskalasi" kepada militer Iran.

Pejabat itu mengungkapkan, mereka berusaha meredam krisis di kawasan sebelum jabatan Presiden Donald Trump berakhir tiga pekan lagi.

Namun untuk Teheran, dalam hal ini Ketua Yudisial Ebrahim Raisi, sinyal itu belum cukup di mana dia masih memberi ancaman kepada Trump.

Raisi menyatakan, siapa pun yang terlibat dalam pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani takkan bisa lari dari keadilan, meski dia Presiden AS sekali pun.

"Mereka akan menyaksikan serangkaian pembalasan," kata Raisi dalam acara di Universitas Teheran, merujuk pada Trump dan pimpinan militer AS.

"Mereka yang terlibat dalam pembunuhan itu tidak akan mempunyai tempat yang aman di Bumi ini," kata dia dikutip Daily Mail Sabtu (2/1/2021).

USS Nimitz disebut tengah berada di perairan Somalia ketika kementerian pertahanan mengumumkan bakal memulangkannya ke galangan di Washington.

Langkah itu terjadi dua hari setelah Pentagon mengerahkan kapal pembom strategis untuk terbang di atas wilayah udara Iran sebagai unjuk kekuatan.

Kebijakan tersebut juga berlangsung sepekan setelah Trump mengancam Teheran akan ada balasan jika warga AS di Irak jadi target serangan.

Dalam kicauannya 23 Desember lalu, presiden 74 tahun itu mengatakan Kedutaan Besar AS di Baghdad dihantam sejumlah roket pada Minggu (20/1/2020).

"Tebak dari mana mereka berasal: IRAN. Kini mereka bersiap untuk serangan lanjutan di Irak. Saran bersahabat: Jika satu saja warga AS terbunuh, mereka akan dibalas. Pikirkan lagi," kata dia.

Mengirim kapal induk yang resmi beroperasi pada 13 Mei 1972 adalah langkah aneh, mengingat mereka butuh show of force untuk menekan Teheran.

Keputusan Militer bertentangan dengan keinginan Komandan Sentral AS (CENTCOM) Jenderal Kenneth McKenzie, dikabarkan New York Times.

Si jenderal disebut menginginkan Nimitz untuk tetap berada di perairan Timur Tengah dan terus bertugas sebagai langkah pencegahan.

Analis militer sebelumnya sudah menerangkan, sistem pertahanan udara, pasukan maritim, dan unit keamanan Iran lainnya disiagakan penuh.

Tetapi, pengerahan itu tidak jelas apakah guna menyerang "Negeri Uncle Sam" atau hanya sebagai pertahanan jika Pentagon membombardir mereka.

Ketika Qasem Soleimani tewas pada 3 Januari 2020, Teheran membalas dengan menghujani dua pangkalan AS di Irak menggunakan rudal.

Dampaknya, sekitar 100 tentara AS mengalami gegar otak. Dua negara pun di ambang perang sebelum Trump "mengalah" dan menurunkan nada ucapannya

Sumber : AS Kirim Pesawat Bomber ke Timur Tengah Disaat Hubungan Dengan Iran Semakin Memanas

Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved