Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Tidak Menyerah Karena Tuhan yang Memampukan dengan Memberikan Kekuatan
Bacaan ayat: Filipi 4:13 (TB) - "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku". Oleh Pdt Feri Nugroho
Tidak Menyerah Karena Tuhan yang Memampukan dengan Memberikan Kekuatan
Bacaan ayat: Filipi 4:13 (TB) - "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku".
Oleh Pdt Feri Nugroho
Ketika seseorang tidak mampu melakukan sesuatu atau menghadapi kritik berupa penilaian terhadap apa yang sedang dilakukan, pembelaan umum yang terjadi diarahkan kepada posisi bahwa manusia itu tidak sempurna.
"Wajar lah, manusia itu tidak sempurna. Kesempurnaan hanya milik Tuhan."
Sekilas tidak ada yang janggal dengan pernyataan tersebut.
Tujuannya adalah membawa orang pada sikap pemakluman untuk menerima bahwa yang dilakukan sudah yang terbaik untuk dilakukan sebagai manusia.
Sadarkah, bahwa kalimat tersebut membawa sebuah konsekuensi iman yang berat?
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Jalan Kehidupan Masih Terus Berlanjut
Dengan pernyataan tersebut, seseorang sedang pada posisi mengalihkan tanggung jawab.
Ia hendak menyatakan secara terselubung, bahwa dia tidak bisa melakukan yang lebih.
Ia sedang memohon sebuah penerimaan bahwa yang dilakukan tidak boleh ditolak.
Pada saat yang sama, kalau apa yang dilakukan itu nilai kurang baik, itu adalah tanggung jawab Yang Memberi kehidupan.
Dengan kata lain, Tuhan yang sempurna adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap hasil tindakan yang dilakukan tidak sempurna yang sedang dilakukan.
Bukankah ini sebuah tindakan yang terlalu berani, menyatakan bahwa Tuhan yang bertanggung-jawab, sementara yang terjadi pada kenyataannya hasil dari keahliannya?
Ini hanya salah satu contoh, bahwa manusia sangat mudah menyatakan ketidakberdayaannya menjadi tanggung jawab Tuhan.
Manusia melarikan diri dan bersembunyi dalam kelemahannya dengan berdalih bahwa Tuhan yang sudah menentukan secara demikian.
Tidak bisa kita hindari, bahwa manusia pada titik tertentu tetap fana berhadapan dengan Tuhan yang kekal.
Apapun upaya manusia untuk menemukan cara terbaik untuk membangun kehidupan, selalu berhadapan dengan efek samping yang merusak.
Ketika upaya diarahkan untuk memperkecil kerusakan, manusia berhadapan dengan kerusakan lain.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Megahkanlah Tuhan Karena Dia Tuhan yang Berkarya Menyelamatkan Kita
Bisa jadi semakin besar kerusakan yang ditimbulkan.
Pemakaianan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan hidup akan listrik ternyata berimbas pada kerusakan lingkungan yang parah jika terjadi kebocoran.
Ketidakberdayaan manusia dalam mengatasi segala sesuatu sering menciptakan istilah yang mengarah pada sikap melarikan diri dan menuduh Tuhan sebagai pihak yang bertanggung-jawab.
Takdir, nasip, hari sial, ketentuan bintang, dan lain-lain, adalah contoh yang paling bisa diterima secara akal bahwa manusia pada posisi tidak bisa mengendalikan.
Sebagai akibatnya, manusia diposisikan pada pihak yang pasif, sebatas mengikuti alur yang ada atau berusaha mengantisipasi; tanpa ada kewenangan untuk terlibat.
Alkitab mematahkan mitos tersebut dengan menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Yang Maha Besar Memilih untuk Mengosongkan Diri
Konsekuensi kondisi ini, bahwa manusia mirip Allah: mempunyai potensi dan kemampuan untuk berkarya dalam kehendak bebas.
Kebebasan itu terjadi selama manusia hidup dalam relasi yang benar dengan Allah yaitu taat.
Ketika manusia memutuskan untuk memilih memberontak dengan hidup tidak taat kepada Allah, relasi manusia dengan Allah menjadi rusak.
Pada saat yang sama, kebebasan yang Allah anugerahkan menjadi tidak lagi terhubung kepada Allah.
Pada saat yang sama pula, kehendak bebas yang ada dalam diri manusia masih melekat pada manusia.
Kombinasi ini memungkinkan manusia melakukan pilihan yang salah, hanya berfokus pada kepentingan dan keinginan diri; sebab tidak terhubung lagi dengan Allah dalam ketaatan.
Pilihan dan tindakan manusia yang lepas dari Allah telah menciptakan efek domino, yaitu selalu ada dorongan untuk melakukan dosa yang mengarah pada penderitaan, yang oleh manusia dipahami sebagai ketidaksempurnaan.
Paulus menghadapi penderitaan. Ia mengalami kekurangan.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Siapa Sebenarnya Raja yang Besar Itu?
Dalam hal ini, keadaan yang tidak berdaya justru menjadi kesempatan bagi Paulus untuk percaya dan kembali hidup dalam ketaatan.
Sikap taat Paulus memungkinkannya untuk memberikan makna baru terhadap apa yang sedang terjadi.
Ia tidak melarikan diri dari penderitaan dan mencari kambing hitam untuk dipersalahkan atas kesusahan yang terjadi; sebaliknya ia memaknai kondisi tersebut secara kreatif dengan menyatakan bahwa ia belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada padanya.
Mencukupkan diri menjadi pilihan tidakan kreatif yang produksi dalam menghadapi situasi kekurangan.
Dalam sikap mencukupkan diri, ada tindakan bersyukur, beradaptasi, mengendalikan diri, dan fokus pada Tuhan sebagai Sang Pemberian berkat.
Sikap mencukupkan diri membuat seseorang mampu mengendalikan keadaan, dan bukan dikendalikan oleh keadaan.
Dia memilih berdasarkan potensi diri untuk bertindak bebas dalam menentukan apa yang akan terjadi dalam kehidupannya.
Tentu Paulus bukan sedang memposisikan diri sebagai perampas hak Tuhan dan berfikir bahwa semua hal ada dalam kendalinya.
Sebaliknya, mencukupkan diri yang dia maksud membawanya pada kesadaran bahwa yang membuatnya mampu mengambil pilihan tersebut adalah Tuhan.
Keyakinan tersebut membawanya pada sebuah kesimpulan universal bahwa segala perkara (bukan hanya masalah perut) akan dapat ditanggung (hanya) di dalam Tuhan, yang berinisiatif memberikan kekuatan bagi dirinya untuk menanggung semua beban yang perlu ditanggung.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Yesus, Seorang Imam Besar Agung yang Tidak Berdosa
Kekuatan yang dia miliki untuk menanggung semua beban tersebut, diakui secara jelas oleh Paulus, berasal dari Tuhan; bukan kekuatan dirinya sendiri.
Sikap ini yang membuatnya menjadi pribadi yang tanggung dalam menjalani kehidupan pelayanan, meskipun berhadapan dengan penderitaan dan ancaman.
Memasuki hari kedua tahun baru ini, saatnya kita memperbaharui cara berfikir kita kembali.
Saatnya menyegarkan ulang pikiran, bahwa pemulihan hubungan dengan Allah yang telah dilakukan Tuhan Yesus Kristus dalam karya Penebusan, telah memposisikan kita pada relasi yang baik dengan Allah.
Saatnya mengembalikan ulang posisi kita sebagai ciptaan yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Kita dapat memilih untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita sebagai alat untuk memuliakan Tuhan.
Kita dapat diyakinkan ulang bahwa segala perkara yang akan kita hadapi dan temui di tahun ini, akan dapat kita tanggung di dalam Tuhan yang telah memberikan kekuatan kepada kita.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Jangan Salah Dalam Memahami Karya Penyelamatan Allah
Masalah pasti ada, penderitaan akan datang menghampiri, sakit akan hadir, harapan bisa terganjal; namun kekuatan yang daripada Tuhan akan memampukan kita untuk tangguh dan bertahan.
Jika kita merasa tidak mampu atau merasa tidak sempurna, itu tanda bahwa kita sedang mengandalkan diri sendiri.
Saatnya tampil gagah sebagai manusia yang diposisikan sebagai rekan kerja Allah dalam membangun kehidupan.
Semakin hidup taat maka kita semakin bebas membangun relasi dengan Allah; pada saat yang sama, tindakan kita akan semakin searah dengan karya Allah bagi kehidupan.
Bapa di sorga yang sempurna, menghendaki setiap kita anak-anak-Nya juga bertindak sempurna. Father and children take the same actions. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Siloam Palembang