Editorial
Mencermati Harga Cabai dan Ayam Potong
SEPERTI kebanyakan provinsi di Sumatera, inflasi dan deflasi Jambi ditentukan bumbu dapur berasa pedas bernama cabai.
SEPERTI kebanyakan provinsi di Sumatera, inflasi dan deflasi Jambi ditentukan bumbu dapur berasa pedas bernama cabai.
Dari banyak jenis cabai, cabai merah keriting dan cabai merah besar lah penentu utamanya.
Jika harganya naik, maka inflasi pun jadi tak terbendung. Jika harganya turun inflasi dapat ditahan.
Syukurnya sepanjang tahun 2020 yang didominasi mewabahnya kasus Covid-19 harga cabai dapat dikatakan adem-ayem, bahkan cenderung terjangkau.
Sehingga momen-momen yang dikhawatirkan memicu inflasi tinggi dapat dikendalikan. Seperti bulan puasa, Idul Fitri maupun Idul Adha.
Namun jelang tutup tahun 2020 ini harga cabai menunjukkan kecenderungan naik.
Kenaikannya dipicu Kegiatan Hari Besar Nasional (HKBN) dan tahun baru, musim hujan dan kendala distribusi.
Dalam pertemuan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Provinsi Jambi akhir November lalu hampir semua daerah menyampaikan kenaikan harga cabai selain kendala-kendala khusus di daerah masing-masing.
Dan dua pekan jelang tutup tahun ini tren peningkatan harga terus terpantau. Di Kota Jambi sempat dilaporkan di harga Rp80 ribu per kilogram.
Sempat turun dan naik lagi, begitu pun persoalan yang dihadapi masing-masing daerah
Sebagian pihak mungkin menganggap biasa. Namun sesuai teorinya, inflasi menjadi persoalan general perekomian masyarakat.
Inflasi sedikit saja mampu membuat daya beli sebagian besar masyarakat terganggu.
Kaum ibu sebagai kelompok paling terimbas dituntut harus pintar-pintar.
Ada yang mengurangi membeli cabai agar tetap bisa membeli bahan belanjaan lainnya.
Setali tiga uang, saat bersamaan komoditas kedua penentu inflasi di Provinsi Jambi adalah ayam potong yang juga ikut-ikutan naik.