Pistol Profesor Intelijen Melorot ke Dalam Celana, Pertarungan Kopassus di Gubuk Musuh
Pasukan Kopassus itu ternyata merayap melintasi sarang kobra. Untung, saat latihan mereka sudah praktik menjinakkan ular kobra
Hendro lalu melompat dan menendang dada Ah San.
Berhasil, tetapi sebelum jatuh Ah San sempat menusuk paha kiri Hendro hingga sampai tulang.
Darah langsung mengucur, rasanya ngilu sekali.
Ah San kemudian berusaha menusuk dada kiri Hendro. Hendro berusaha menangkis dengan tangan.
Akibatnya lengannya terluka parah dan jari-jari kanannya nyaris putus.
Celakanya, pistol di pinggang belakang Hendro melorot masuk ke dalam celananya.
Butuh perjuangan baginya untuk meraih pistol itu dengan jari-jari yang nyaris terluka.
Akhirnya, Hendro berhasil meraihnya.
Perwira baret merah ini menembak dua kali.
Tapi hanya sekali pistol meletus, satunya lagi macet.
Pistol segera jatuh karena Hendro tak mampu lagi memegangnya.
Peluru itu mengenai perut Ah San. Membuatnya limbung, Hendro yang juga kehabisan tenaga membantingnya dengan teknik o-goshi.
Kemudian Hendro menjatuhkan tubuhnya keras-keras di atas tubuh Ah San.
Duel maut itu selesai.
Baca juga: Kisah Intel Polisi Nongkrong di Empang Tak Terdeteksi Warga, Ngajak Patungan Beli Lele
Ah San tewas, tetapi AM Hendropriyono pun terluka parah.
Beruntung, anak buahnya segera datang menyelamatkan Hendro.
Rupanya, saat diserang tadi Ah San sudah membakar gubuknya sendiri.
Tujuannya agar pasukan penyerang sama-sama mati terbakar.
Permintaan maaf ke Siat Moy
Hendro sempat meminta maaf pada Siat Moy tak bisa menangkap Ah San hidup-hidup.
Sambil menangis, Siat Moy mengaku bisa memaklumi hal ini.
"Saya lihat sendiri, Atew (panggilan untuk Hendro) telah berusaha dan memang Siauw Ah San yang keras kepala. Saya sangat sedih melihat Atew seperti ini," kata Siat Moy.
Hendro menderita sebelas luka di tubuhnya.
Kondisinya cukup parah, namun AM Hendropriyono masih meminta anak buahnya untuk memakamkan Ah San secara layak.
"Mau dimakamkan pakai ritual apa, dia tidak punya agama," kata Phang Lee Chong, mantan tokoh PGRS/Paraku yang kini berpihak pada TNI.
Kemudian Hendro mengatakan, "Namanya Siauw Ah San alias Hasan, makamkan saja secara Islam."
Luka-luka Hendro dan Kongsenlani berhasil disembuhkan.
Setelah misi itu, AM Hendropriyono mendapat Satya Lencana Bhakti, tanda jasa khusus bagi tentara yang terluka dalam.
Baca kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI di Tribunjambi.com. (*)