Mencekam! Rakyat Timor Leste Saling Bunuh, Begini Kondisinya Kini, PBB Pilih Angkat Tangan

Sebagai negara kecil dengan kemiskinan tertinggi kedua di dunia, Timor Leste dipandang sebagai negara yang masih sangat terbelakang.

Editor: Teguh Suprayitno
Via Kontan
ILUSTRASI. Bendera Timor Leste 

Seorang wanita berusia 62 tahun dibunuh di wilayah paling timur Los Palos pada bulan Desember 1999.

Menurut penuntutan, wanita itu disiksa dan dibiarkan mati oleh empat pria setelah dituduh membunuh anak-anak dengan sihir.

Dalam kasus lain, pada 7 Januari 2007, tiga perempuan yang dituduh sebagai penyihir dibunuh dan dibakar bersama rumahnya di Timor Timur.

Baca juga: Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran Dibuat Marah: Mau Sembunyi di Lubang Tikus Akan Saya Kejar!

Baca juga: KPK OTT Kementerian Sosial, Dugaan Korupsi Bansos Covid-19, Ini Bocoran Pejabat yang Ditangkap

Baca juga: Kemarahan Prabowo Subianto Meledak Dikhianati Edhy Prabowo, Anak yang Diangkatnya dari Selokan

Ketiga perempuan itu, berusia 70, 50 dan sekitar 25 tahun, dibunuh di Maubaralisa (Kecamatan Maubara, Kabupaten Liquica), sekitar 40 km sebelah barat ibukota Dili.

Mereka adalah Bui-dau, 70, Flora, 50, dan seorang wanita (tak dikenal) lainnya berusia sekitar 25 tahun, mereka dituduh sebagai penyihir, lalu tiga tersangka itu ditangkap.

Ilustrasi Timor Leste
Ilustrasi Timor Leste (Grid.ID)

Pada bulan Mei 2009, masalah santet kembali menjadi berita utama nasional dengan penyiar nasional Timor Leste, RTTL,

Mereka melaporkan bahwa Wakil Komandan Polisi Nasional Timor Leste Inspektur Afonso de Jesus telah meminta penduduk di ibukota Dili untuk tidak percaya pada rumor bahwa ada seorang penyihir bernama Margareta terbang di sekitar kota.

Dalam catatan bta ,Institusi dan Pengalaman Orang Timor, Andrew Harrington membahas kasus tentang sihir berikut ini.

"Dalam satu kasus yang melibatkan ilmu sihir, seorang petugas UNPol mengarahkan seorang penduduk lokal yang sangat marah yang mendekatinya dengan keluhan ini untuk menanganinya dengan cara tradisional."

Berawal dari seorang pria yang menuduh putri pelapor melakukan sihir dan mengutuk keluarganya.

Petugas UNPol (Polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa) angkat tangan karena tidak memiliki kewenangan untuk menangani tuduhan ilmu hitam.

Tentara Australia ketika berada di Timor Leste saat kerusuhan tahun 2006 terjadi
Tentara Australia ketika berada di Timor Leste saat kerusuhan tahun 2006 terjadi (vrijoosttimor.com)

Beberapa hari kemudian, pengadu kembali dan melaporkan pada petugas UNPol bahwa dia telah melakukan apa yang diperintahkan, dan menangani masalah dengan menggunakan cara tradisional, hasilnya dia membunuh penuduh.

Contoh lainnya yang melibatkan sihir dan mekanisme penyelesaian perselisihan lokal menghasilkan hukuman yang kejam.

Penduduk desa dengan fatal meletakkan bara api di punggung (seorang tertuduh) penyihir untuk hukuman.

Perlu dicatat bahwa secara umum hukuman sihir tidak terlalu berat, tetapi hasilnya tidak selalu demikian.

Hal itu tergantung pada 'keparahan' sihir yang terlibat, atau sejauh mana pelaku kesalahan telah mengganggu sistem sirkulasi nilai dan keseimbangan sosial-kosmik komunitas di Timor Leste.

Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul PBB Angkat Tangan, Usai Merdeka dari Indonesia, Rakyat Timor Leste Saling Bunuh dengan Cara Santet.

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved