Kisah Anggota Kopassus
Kisah Anggota Kopassus, Kakinya Terpaksa Diamputasi Karena Alami Luka Tembak dan Sudah Membusuk
Anak buahnya berusaha membopong untuk menyelamatkan komandannya, namun di situasi itu, Agus Hernoto memilih jalannya sendiri.
TRIBUNJAMBI.COM - Ada satu lagi sosok legenda Kopassus dengan aksinya yang membanggakan bumi pertiwi ini. Dia adalah Agus Hernoto.
Saat memimpin Operasi Benteng I kakinya tertembak tentara Belanda.
Anak buahnya berusaha membopong untuk menyelamatkan komandannya, namun di situasi itu, Agus Hernoto memilih jalannya sendiri.
Baca juga: Kala Sintong Tugaskan Hendropriyono Buru Sosok Penembak Anggota Kopassandha, Kisah Kopassus vs PGRS
Baca juga: VIDEO Taktik Letkol Sintong Kopassus, Berpura Operasi Gagal, Anak Buah Tertipu, Hasil Mencengangkan
Baca juga: Kisah Anggota Kopassus, Siapkan 17 Peti Mati Saat Jalani Misi Pembebasan Sandera, Segini yang Terisi
Agus tetap berada di medan pertempuran, hingga akhirnya tertangkap dan menjadi tawanan tentara Belanda.
Dia dirawat pasukan Belanda hingga sembuh, tapi kakinya terpaksa diamputasi, mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Kisah Agus Hernoto itu dituliskan di buku Legenda Pasukan Komando: Dari Kopassus sampai Operasi Khusus, Penerbit Buku Kompas.
Dari masa Orde Lama hingga Orde Baru, anggota Kopassus ( Komando Pasukan Khusus) ini mengabdi. Daya juang Agus Hernoto sangat tinggi, hingga dia kehilangan kakinya saat memimpin Operasi Benteng I pembebasan Irian Barat.
Agus merupakan anggota pasukan Kopassus yang berkaki satu dan punya semangat juang tinggi.
Dia dikenal begitu menjiwai motto berani-benar-berhasil, bahkan setelah dia tidak bergabung lagi dengan Kopassus.
Ya, Agus didepak dari Kopassus, dulu bernama RPKAD ( Resimen Para Komando Angkatan Darat), lantaran kondisi fisiknya.
Agus kehilangan satu kakinya saat memimpin Operasi Benteng I. Saat itu, kakinya tertembak tentara Belanda.
Anak buahnya berusaha membopong dan menyelamatkan komandannya. Namun, di situasi kala itu, Agus memilih jalannya sendiri.
Dia tetap berada di medan pertempuran, hingga akhirnya tertangkap dan ditawan tentara Belanda.
Pasukan Belanda memperlakukan Agus sesuai konvesi Jeneva. Agus dirawat hingga sembuh, tapi kakinya terpaksa diamputasi, mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Agus masih hidup dan Irian Barat akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.