Warga Temukan Air Terjun Misterius saat Razia PETI di Sarolangun, Jalan Kaki ke Hutan Lubuk Bedorong
Perjalanan menuju lokasi tambang emas ilegal di Hutan Lindung Lubuk Bedorong Sarolangun sangat ekstrem. Lebar jalur hanya sekira setengah meter...
Penulis: Rifani Halim | Editor: Duanto AS
Sebenarnya, PETI di Sarolangun masih berjalan seperti biasa, tidak berkurang.
Itu terlihat jelas saat perjalanan di Desa Temenggung, Kecamatan Limun.
Pantauan Tribunjambi.com Rabu 11 November 2020 sekira pukul 11. 20 WIB, saat menuju desa Temenggung dari Desa Pulau Pandan terlihat satu ekskavator dalam proses perbaikan di sebuah rumah di sebelah kiri jalan.
Ada juga alat yang digunakan untuk mengolah tanah, yang sedang disemprot air hanya beberapa meter dari jalan.
Bentang alam yang terlihat di sekitar Desa Temenggung terlihat gersang.
Beberapa lokasi bekar PETI kembali ditanami sawit oleh pemilik tanah.
Baca juga: Rey Utami Bebas dari Penjara, Ingin Buka Usaha hingga Singgung Gugatan Cerai ke Pablo Benua
Suhardi Sohan, Kabid Pengelolaan Lingkungan DLH Sarolangun, mengatakan butuh 10 tahun tanah di lokasi eks-PETI kembali menjadi tanah yang subur dan produktif.
Tanah eks-PETI pun mengandung bebatuan.
Lantang dipandang, tak jauh dari beberapa rumah warga di pusat Desa Temenggung, tepat di sebelah kanan di jalan semi aspal yang jelek, terdapat satu ekskavator berwarna oranye sedang melakukan pengerukan tanah.
Alat berat itu memasukkan tanah ke alat lain yang biasa disebut BOK dan dialiri air.
Nebeng
Nebeng merupakan istilah masyarakat yang menumpang dulang emas di lokasi PETI milik orang lain.
Warga desa setempat ada juga yang ikut nebeng.
Informasi yang dihimpun Tribunjambi.com, warga melakukan hal tersebut karena faktor ekonomi.
Setidaknya, dari hasil nebeng, warga bisa mendapatkan uang Rp 100 ribu-Rp 200 ribu dalam satu hari.
Baca juga: Bongkahan Emas 4 Kg di Bawah Musala di Merangin, Rumah Ibadah Dibongkar untuk Tambang Ilegal
