Tribun Wiki

WIKI JAMBI Kisah Sultan Thaha, Pahlawan Jambi yang Dapat Julukan Pedang Agama

Dia mengembuskan napas terakhir setelah Belanda mengepungnya di Betung Bedarah (sekarang masuk wilayah Kabupaten Tebo).

Tribunjambi/mareza
Kisah Sultan Thaha, Pahlawan Jambi yang Dapat Julukan Pedang Agama 

Semua kegiatan itu dipertanggungjawabkan kepada pepatih dalam, pepatih luar, dan jenang.

Baca juga: Keris Kyai Naga Siluman Milik Pangeran Diponegoro, Penampakan setelah Hilang 150 Tahun

Sultan Thaha Memimpin Jambi

Raden Thaha naik tahta ketika Sultan Abdurrahman Zainuddin wafat, sekitar 1850-an. Dia dinobatkan sebagai raja Kerajaan Melayu Jambi.

Dalam pidato pengukuhannya, dia menyatakan rasa tidak senang terhadap Belanda. Itu pula yang menjadi alasan Sultan Thaha Saifuddin membatalkan semua perjanjian yang telah dibuat sultan-sultan terdahulu, termasuk ayahnya.

Dia menganggap perjanjian itu tidak adil, juga sangat merugikan rakyat dan Kesultanan Jambi.

Mendengar pernyataan itu, pemerintah Belanda memberi wewenang kepada residen yang berkedudukan di Palembang untuk berunding, agar Kesultanan Jambi mau mengakui pemerintahan Belanda.

Dalam rundingan itu disebutkan, Sultan Thaha Syaifuddin tetap berkuasa, namun wilayah kekuasaannya diakui sebagai pinjaman dari pemerintahan Belanda.

Dengan tegas, Sultan Thaha Saifuddin tetap bersikukuh menentangnya. Sebagai pemimpin yang tegas dan berpihak pada rakyat, dia menolak negosiasi dari Belanda.

Mendapat tanggapan itu, Belanda mengancam akan menurunkan Sultan Thaha Saifudin dari tahtanya. Meski begitu, dia tetap tidak berkenan untuk berunding.

Bahkan, dia menyatakan kerajaan Jambi adalah hak rakyat Jambi dan akan dipertahankan hingga tetes darah penghabisan.

Mendengar pernyataan tegasnya, pemerintahan Belanda naik pitam. Bendera perang berkibar. Pertempuran tak dapat dielakkan, dan pecah sejak 1858.

Pertempuran terus meluas hingga ke daerah-daerah di wilayah Jambi.

Dalam peperangan panjang itu, Sultan Thaha Saifuddin beserta pasukannya melakukan gerilya ke daerah Uluan, guna menghindari kepungan musuh.

Berbagai taktik dilakukan dalam pertempuran itu.

Dalam pertempuran sengit itu, Sultan Thaha dan pasukannya sempat melumpuhkan pertahanan Belanda di Batang Asai (sekarang masuk wilayah Kabupaten Sarolangun).

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved