Tribun Wiki

WIKI JAMBI Catatan Perjuangan Dua Pahlawan Asal Jambi, Sultan Thaha Syaifuddin dan Raden Mattaher

Sebelum ini, nama Sultan Thaha Syaifuddin menjadi satu-satunya tokoh Jambi yang mendapat gelar pahlawan nasional.

ist
Catatan Perjuangan Dua Pahlawan Asal Jambi, Sultan Thaha Syaifuddin dan Raden Mattaher 

Dengan semangat dan tekad itu, Sultan Aceh kemudian menyematkan nama imbuhan padanya, yakni Syaifuddin yang berarti pedang agama.

Sejak saat itulah, Raden Thaha mulai dikenal dengan nama Raden Thaha Saifuddin.

Kembali dari perantauannya, dia diberi kepercayaan sebagai duta keliling yang tugasnya mempererat hubungan persahabatan dan ukhuwah Islamiyah dengan kerajaan-kerajaan sahabat di Malaya, Tumasik (Singapura), juga di Patani (Siam). Pada tahun 1841, ayahnya wafat.

Tahtanya diserahkan kepada pamannya, Abdurrahman Zainuddin.

Raden Thaha Saifuddin diangkat sebagai Pangeran Ratu (putra mahkota) dengan gelar Pangeran Ratu Jayadiningrat sekaligus Perdana Menteri.

Raden Thaha naik tahta ketika Sultan Abdurrahman Zainuddin wafat. Dia dinobatkan sebagai raja Kerajaan Melayu Jambi.

Dalam pidato pengukuhannya, dia menyatakan rasa tidak senang terhadap Belanda. Itu pula yang menjadi alasan Sultan Thaha Saifuddin membatalkan semua perjanjian yang telah dibuat sultan-sultan terdahulu.

Dia menganggap perjanjian itu tidak adil, juga sangat merugikan rakyat dan Kesultanan Jambi.

Baca juga: Hari Pahlawan 2020 di Jambi, Kapolda Pimpin Tabur Bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Satria Bhakti

Mendengar pernyataan itu, pemerintah Belanda memberi wewenang kepada residen yang berkedudukan di Palembang untuk berunding, agar Kesultanan Jambi mau mengakui pemerintahan Belanda.

Dalam rundingan itu disebutkan, Sultan Thaha Saifuddin tetap berkuasa, namun wilayah kekuasaannya diakui sebagai pinjaman dari pemerintahan Belanda.

Dengan tegas, Sultan Thaha Saifuddin menentang.

Bahkan, dia menyatakan kerajaan Jambi adalah hak rakyat Jambi dan akan dipertahankan hingga tetes darah penghabisan.

Pertempuran tak dapat dielakkan dan pecah sejak 1858.

Pertempuran terus meluas hingga ke daerah-daerah di wilayah Jambi.

Dalam peperangan panjang itu, Sultan Thaha Saifuddin beserta pasukannya melakukan gerilya ke daerah Uluan, guna menghindari kepungan musuh.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved