Kisah Ibu Asal Bungo, Mendaki Gunung Dempo, Kenang Kepergian Anaknya 4 November 2019 Lalu
Jalan terjal, becek, dan licin dia hadapi. Apa lagi pada musim penghujan, udara cukup dingin.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Namun, bayang anaknya seolah membersamainya, memberi nyawa baru pada tubuhnya yang lelah.
Dia ingat almarhum Fikri. Dia ingin menunjukkan rasa cinta yang besar itu.
Hasnah ingin meletakkan prasasti di jejak terakhir anaknya.

"Saya sempat terpikir, ya sudahlah, saya tunggu di sini saja, biar anak-anak yang naik. Tapi rasanya Fikri seperti ada. Dia seperti bilang, 'Mama, naik. Fikri tunggu di atas.' Itu yang buat saya berusaha terus untuk melanjutkan perjalanan," katanya, beberapa waktu lalu.
Perasaan itu mengalahkan lelahnya. Dia ingin membayangkan bagaimana anaknya tersenyum di puncak Dempo.
Hasnah tidak sendirian. Empat anaknya juga ikut dalam pendakian, termasuk istri almarhum Jumadi.
Beberapa temannya juga ikut dalam pendakian itu. Mereka didampingi penunjuk jalan dan warga sekitar.
Sebagai seorang ibu, dia tidak kuasa menahan tangis. Selama melewati jalur pendakian, dua kali air matanya tidak terbendung.
Baca juga: 140 Pejabat di Pemkot Jambi Dilantik, Wali Kota Jambi Sampaikan Nasehat Ini
Baca juga: Cara Mengatasi Demam - Banyak Minum hingga Mandi Air Hangat
Perasaan sayang dan rindu pada anaknya mengiringi perjuangan itu, menemaninya sepanjang perjalanan.
Dia membawa prasasti berukuran 30x40 cm. Di sana tertulis in memoriam, nama Fikri dan Jumadi, beserta tanggal lahir keduanya.
Di bawahnya tertulis, "Gunung Dempo Pagar Alam Oktober 2019".
Di bagian paling bawah prasasti itu tertulis, "Jejakmu abadi di sini".
Prasasti itu diletakkan di bibir kawah Gunung Dempo, tidak jauh dari lokasi jenazah almarhum Fikri dan Jumadi ditemukan.
Hasnah menuturkan, prasasti itu diletakkan untuk mengenang dua pendaki asal Muara Bungo tersebut.
Dia berharap ada pendaki lain yang datang mengirimkan Alfatihah dan doa untuk keduanya.
Prasasti itu juga mengingatkan agar pendaki lain turut berhati-hati, bahwa pernah ada pendaki yang menjadi korban di sana.