Mendengarkan Pasangan Ternyata Lebih Sulit Ketimbang Berbicara, Ini Tips Agar Langgeng

Banyak orang menganggap, mendengarkan jauh lebih mudah ketimbang berbicara. Dalam hubungan antar-pasangan, ternyata mendengarkan sulit dilakukan.

Editor: Rohmayana
smart news
Ilustrasi pasangan kekasih 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Akibatnya relasi antar-pasangan terganggu. Salah satu gangguan yang muncul bisa menyebabkan stres.

Banyak orang menganggap, mendengarkan jauh lebih mudah ketimbang berbicara.

Namun kenyataannya, dalam hubungan antar-pasangan, ternyata mendengarkan pasangan menjadi hal paling sulit dilakukan.

Kebanyakan, kedua-duanya hanya ingin berbicara tanpa mendengarkan.

Terlebih pada masa pandemi Covid-19, di mana sebagian besar lebih banyak dilakukan di rumah dan bertemu pasangan jauh lebih banyak.

Baca juga: Promo JSM Alfamart 2 Hari Lagi, Harga Terbaik Popok, Detergen, Beras, Susu, Kopi, Gula

Baca juga: Warganet Cocokkan Kamar Video Syur Perempuan dengan Ruangan Gisel,Mantan Istri Gading Belum Komentar

Baca juga: Sama-Sama Hobi Menonton Drama Korea, Raisa Cekoki Drakor Goblin Kepada Afgan

Menurut data SurveyMETER pada Juli 2020, tingkat kecemasan dan depresi penduduk Indonesia pada masa pandemi cukup tinggi yaitu 55 persen dari 3.533 responden mengalami kecemasan.

Sedangkan 58 persen di antaranya mengalami depresi.

Hal-hal eksternal seperti perubahan kondisi perekonomian, pendidikan, atau sosial menjadi penyebab munculnya stresor internal rumah tangga.

Keadaan itu dapat mengganggu efektivitas komunikasi pasangan dalam hubungan pernikahan.

Riset Komnas Perempuan Indonesia tahun 2020 menunjukkan masih ada 10,3 persen pasangan dari 2.285 responden yang mengalami ketegangan dalam pernikahan selama pandemi.

Tingkat kerentanan pasangan menikah lebih tinggi sebesar 12 persen dibandingkan pasangan belum menikah yaitu 2,5 persen.

Baca juga: Sinopsis Anak Band SCTV Episode 46 Malam Ini, Sabtu 7 November 2020, Jenny Ketahuan Adalah Cahaya

Psikolog Saskhya Aulia Prima MPsi, Co-founder Tiga Generasi, menjelaskan, permasalahan hubungan pasangan selama pandemi cenderung terbagi dalam zona normal dan zona merah.

Dalam menghadapi situasi saat ini, pasangan masih berada dalam zona normal jika mulai mengalami kewalahan, merasa cemas akan masa depan.

Serta merindukan masa lalu dan menganggap pasangan tidak membantu mengurus anak.

Selanjutnya pasangan dianggap berada di zona merah jika sudah muncul perasaan kesepian, keinginan untuk berpisah, bahkan terjadi tindakan kekerasan.

"Jika dilihat dari pola argumentasi, titik permasalahan biasanya terjadi hanya dalam waktu tiga menit," Kata Saskhya saat forum diskusi virtual Light Friday Talk (LiFT) Webinar bertema 'Love in the Time of Corona Jumat (6/11/2020).

Acara itu diadakan Sampoerna Academi sebagai institusi pendidikan formal bertaraf internasional bersama Tiga Generasi sebagai rumah konsultasi psikologi keluarga.

"Sistem signal pertahanan diri dalam otak kitalah yang menimbulkan rasa penolakan dan memperpanjang masalah tersebut,” ucap Saskhya lagi.

Baca juga: Cara Memerahkan Bibir Hitam - Lumasi Pakai Lidah Buaya hingga Oleskan Kunyit dan Madu

Meskipun demikian, mengutip riset kolaborasi Universitas Stony Brook, Towson, dan Northwestern tahun 2017, kondisi ini dapat dihadapi dengan 'romantic competence' atau “kompetensi hubungan”.

“Melalui “kompetensi hubungan”, pasangan dapat memperkuat hubungan mereka dengan belajar menghargai satu sama lain melalui persepsi masing-masing, mampu menunjukkan kerentanan diri, dan mengubah diri untuk kualitas hubungan yang lebih baik," ujar Saskhya.

Selain itu, ada 4 hal penting perlu diingat yaitu LOVE akronim dari, Listen, Occasionally do new things, Validate, dan Expect-less.

L, listen artinya mendengarkan pasangan dan berikan batasan pribadi bagi pasangan Anda.

O, occasionally do new things,  sesekali melakukan hal baru bersama.

V , validate, artinya validasi perasaan satu sama lain untuk menjaga koneksi pasangan.

E, expect- less, artinya berharap lebih sedikit dan saling menguatkan satu sama lain.

Baca juga: Arya Saloka Makin Digilai Fans Lewat Perannya di Ikatan Cinta, Putri Anne Bakal Bongkar Aib Suami

Psikolog Putu Andani MPsi, Co-Founder Tiga Generasi menjelaskan bahwa dari keempat hal tersebut, mendengarkan pasangan paling sulit dilakukan.

”Kita seringkali tidak benar–benar mendengar pasangan kita dan cenderung melakukan hal lain; seperti melamun, menghakimi, atau bahkan melawan pasangan," ucap Putu.

"Hal inilah yang disebut 'blocks to listen' atau halangan mendengar, sehingga melalui assessment test bisa diketahui tipe listening blocking kita begitu juga dengan pasangan."

"Apakah kita sudah berada di posisi mind-reading, rehearsing, atau ternyata masih berada di posisi judging," ujarnya.

Menurut Putu, hasil tes ini akan membantu pasangan menemukan titik permasalahan dan dapat meningkatkan efektivitas komunikasi.

Baca juga: Masuk Blacklist Taman Nasional Gunung Rinjani, Fiersa Besari: Jangan Meniru Saya

Mustafa Guvercin, School Director Sampoerna Academy mengatakan, situasi pandemi tentu memberikan dampak tidak hanya segi eksternal, namun hubungan internal dalam keluarga.

"Kami percaya, selain memberikan kualitas pendidikan terbaik untuk anak, memelihara dan menjaga kualitas hubungan dalam lingkungan rumah tangga juga penting untuk tumbuh kembang psikologi anak," kata Mustfa.

"Kami harap dengan diadakannya forum diskusi virtual ini, para orang tua dapat memperkuat ikatan keluarga dan mendukung terciptanya lingkungan keluarga yang sehat,” tuturnya lagi. (Lilis Setyaningsih)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Cara Mendengarkan Pasangan, Paling Sulit Dilakukan Ketimbang Berbicara pada Pasangan

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved