Pilpres Amerika Serikat
Joe Biden Atau Donald Trump Lagi yang Jadi Presiden AS, Simak Ini Plus Minusnya Untuk Indonesia
Wajar saja, negara-negara di dunia ingin mengetahui siapa sosok Presiden Amerika Serikat di masa 2020-2024 kedepan.
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Saat ini Pemilihan Presiden Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2020 tengah jadi sorotan dunia.
Wajar saja, negara-negara di dunia ingin mengetahui siapa sosok Presiden Amerika Serikat di masa 2020-2024 kedepan.
Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) berlangsung ketat. Namun, siapa pun yang kelak terpilih menjadi Presiden AS, apakah Donald Trump atau kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden, akan ada dampaknya bagi Indonesia.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani mengatakan, kedua kandidat itu memiliki pro kontra, dan masing-masing kandidat memiliki gaya yang berbeda serta efek kebijakan yang berbeda pula.
Baca juga: Sosok Joe Biden Pesaing Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat 2020, Ternyata Pernah Lakukan Ini
Baca juga: Mendadak Donald Trump Bikin Heboh! Minta Perhitungan Pilpres AS 2020 Dihentikan Sekarang, Ada Apa?
Baca juga: Merasa Dicurangi di Pilpres AS, Trump akan Ajukan Gugatan ke MA, Timses Biden: Sangat Keterlaluan
Dia pun berpendapat, Indonesia yang perlu fleksibel dalam menyesuaikan diri, baik dari sisi daya tarik iklim usaha dan investasi di dalam negeri maupun dalam melakukan lobi. Dengan begitu, Indonesia masih tetap mendapatkan keuntungan dari kebijakan Presiden AS.

Shinta pun membandingkan kepemimpinan keduanya.
Menurut Shinta, kepemimpinan Trump sangat berbeda dengan pemerintahan Demokrat.
Trump lebih suka dengan kesepakatan bilateral, ini memungkinkan Indonesia melakukan lobi dan menciptakan kesepakatan perdagangan/investasi bilateral pula.
Baca juga: Deputi Rehabilitasi BNN RI Cek Lokasi Panti Rehabilitasi Pecandu di Sarolangun, Lokasi Strategis
Baca juga: Daftar Harga HP Oppo terbaru Awal November 2020 Lengkap 6/128GB Tak Sampai Rp 3 Jutaan
Baca juga: Spoiler One Piece Chapter 995, Rasakan Sakit, Kaido Mulai Serius, Luffy Bakal Ikut Bertarung?
Menurutnya, kesepakatan bilateral tersebut hampir tidak mungkin bisa ada bila Presiden AS bukan Donald Trump.
"Namun, di sisi lain Trump juga tipe presiden yang bergerak berdasarkan sentimennya sendiri dan cenderung punitive atau menghukum pada negara yang tidak disukai sehingga menciptakan uncertainty bagi pelaku usaha negara tersebut," jelasnya.
Menurut Shinta, Indonesia juga ikut terdampak gaya pemerintahan Trump tersebut. Ini melihat, sepanjang pemerintahan Trump, Indonesia untuk pertama kalinya di-review sampai dua kali untuk mempertahankan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP).
Akibat kebijakan Trump pula, mekanisme dispute settlement di WTO menjadi tidak berfungsi, sehingga kasus-kasus yang ingin dimenangkan Indonesia melalui WTO sulit memiliki perkembangan yang cepat.
Dia juga berpendapat, kebijakan Trump terhadap China turut menciptakan peluang ekonomi bagi Indonesia.
Namun, Shinta menilai, Indonesia tidak memperoleh keuntungan yang berarti dari peralihan perdagangan juga Investasi dari AS maupun China sepanjang 2018-2019.
