PNS Corner
SOSOK Ahmad Fikri Aiman, Kisah Inspiratif dan Uniknya Lurah Milenial Jambi
Selain kesibukannya mengelola dan pikirkan inovasi pelayanan Kelurahan Lebak Bandung, Fikri, lurah Lebak Bandung, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi
Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Nani Rachmaini
Motoran malam untuk pemantauan
Fikri merupakan lurah kedua termuda di Kota Jambi. Sebagai milenial, Fikri mengaku lebih senang belajar dari senior yang sudah memiliki banyak pengalaman.
"Walaupun mereka statusnya para Ketua RT di Kelurahan yang saya pimpin. Tapi saya lebih suka pegang prinsip Tutwuri Handayani."

"Kadang saya di depan memimpin, kadang saya di tengah ikut jalan bersama-sama, kadang saya di belakang untuk memberi support mereka," ungkap Fikri.
Ia suka melakukan pemantauan sendiri mengelilingi Kelurahan Lebak Bandung. Hal itu dilakukan di waktu kosongnya, ketika malam hari.
"Sama seperti pak Walikota Jambi (Syarif Fasha) ya. Saya suka motoran keliling kelurahan pakai kaos, sendal jepit malam-malam."
"Itu biar tau keadaan kampung saya yang sebenarnya," ujarnya.
Kilas identitas Fikri
Lurah yang akrab dipanggil Fikri ini kelahiran 1991. Sama seperti sang istri, Fikri lulusan Strata 1 dan Strata 2 Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Saat ini mereka memiliki dua orang anak laki-laki.
Selain menjadi lurah, ia juga mengajar sebagai asisten dosen satu di antara kampus swasta yang ada di Kota Jambi.
"Ngajarnya kalau malam atau weekend saja. Karena biar nggak mengganggu tanggung jawab utama saya," jelas Fikri.
"Saya juga meneruskan melatih club bola di Seberang Kota Jambi, yang telah dirintis lama oleh almarhum ayah dan paman saya. Anak-anak club semangatnya luar biasa walaupun tidak punya lapangan sendiri, itu yang membuat saya tetap semangat melatih," kata Fikri.
Fikri mengatakan, ia dibesarkan oleh ayahnya dengan mengenal bola. Jadi menurutnya hingga saat ini bola juga mendarah daging bagi hidupnya.
Sewaktu Fikri SMP, ia aktif dalam kegiatan pramuka hingga pernah dikirim tingkat nasional. Kebetulan bumi perkemahan Fikri saat itu berada di belakang IPDN (saat itu STPDN). Saat itulah pertama kali Fikri jatuh hati terhadap kampus STPDN (saat ini IPDN).