Tiga Pemimpin Dunia Ini Ramai-ramai Dukung Presiden Macron, Prancis Mencekam Umat Muslim Dunia Gaduh
Serangan di Gereja Notre-Dame Basilica di Nice membuat suasa di Prancis panas. Serangan Kamis lalu itu menewaskan tiga orang.
Kamis ini, negara kita kembali diserang oleh terorisme Islam.
Niçoises, Niçois,
Ini adalah ketiga kalinya terorisme Islam melanda kota Anda, penduduknya. Saya tahu kejutan yang Anda rasakan, dengan Anda di seluruh negeri, dan saya percaya, dengan seluruh dunia. Janganlah kita menyerah pada teror apa pun.
Katolik,
Anda mendapat dukungan dari seluruh Bangsa. Negara kami adalah nilai-nilai kami, bahwa setiap orang dapat percaya atau tidak, bahwa setiap agama dapat dijalankan. Tekad kami mutlak. Tindakan akan mengikuti untuk melindungi semua warga negara kita.
Prancislah yang sedang diserang. Karena itu saya telah memutuskan bahwa tentara kita akan lebih dimobilisasi dalam beberapa jam mendatang. Sebagai bagian dari Operasi Sentinel, kami akan mengirimkan 3.000 menjadi 7.000 tentara.
Di Prancis, hanya ada satu komunitas, itu komunitas nasional.
Prancis, Prancis,Apapun agamamu, beriman atau tidak, kita harus bersatu di saat-saat seperti ini. Jangan menyerah pada semangat perpecahan.
Saya menyerukan persatuan semua.
Mengutip artikel Kompas.tv, Presiden Prancis Emmanuel Macron langsung bertolak ke kota Nice setelah mendengar laporan terjadinya penyerangan terhadap gereja di Nice, Prancis.
"Sangat jelas, Prancis sedang diserang," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron sambil berdiri di depan gereja di Nice, Kamis (29/10/2020).

Dia menambahkan bahwa seluruh Prancis menawarkan dukungannya kepada umat Katolik agar agama tersebut dapat dijalankan dengan bebas di Prancis.
Sehingga setiap agama dapat dipraktikkan dengan damai.
Macron mengatakan, dia segera meningkatkan jumlah tentara untuk melindungi sekolah dan situs keagamaan dari sekitar 3.000 menjadi 7.000 personil.
Sedangkan jaksa anti-terorisme Prancis memulai penyelidikan atas serangan di gereja kota Nice.
Serangan di kota Nice pada Kamis, mendorong pemerintah Prancis untuk menaikkan status siaga keamanannya ke tingkat maksimum.
Status siaga ini ditingkatkan hanya beberapa jam sebelum diberlakukannya lockdown nasional karena virus corona.