Berita Internasional

Indonesia Bakal Perang dengan China di Masa Depan Karena Ini, Peneliti Sebut Sekarang Lagi Main Aman

Saat ini juga tak ada sengketa teritorial antara Indonesia dan China, dan masalah apapun dengan negeri panda tersebut.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Biro Pers Setpres/Kris
(Ilustrasi - Presiden Indonesia Joko Widodo bersalaman dengan Presiden RRT Xi Jinping usai melakukan pertemuan bilateral di sela forum internasional APEC di Port Moresby, Papua Nugini, Sabtu (17/11/2018) 

TRIBUNJAMBI.COM - Banyak negara-negara adidaya berseteru hingga membuat rugi negara-negara lain yang tidak terlibat.

Nah, Indonesia jadi negara yang dianggap aman, jadi salah satu negara paling aman di tengah panasnya konflik dunia.

Bahkan Indonesia malah santai bekerja sama dengan China meski negeri panda sedang jadi incaran amuk massa akibat wabah corona yang menyerang dan gegera klaim sepihak Laut China Selatan.

Saat ini juga tak ada sengketa teritorial antara Indonesia dan China, dan masalah apapun dengan negeri panda tersebut.

Namun, menurut sebuah artikel yang diterbitkan Fpri.org, oleh Felix K.Chang, penelitis senior Kebijakan Luar Negeri, dan asisten profesor di Uniformed Services University of the Health Sciences.

Baca juga: Depan Menlu Retno Marsudi, Menlu AS Sebut Amerikan Menolak Klaim Chinas Atas Laut China Selatan

Baca juga: Ketakutan Sama China, Tetangga Kecil Indonesia Ini Tawarkan Negaranya Jadi Pangkalan Amerika Serikat

Baca juga: China Serang Amerika, Kerahkan 600 Grup Khusus dan Robot untuk Ciptakan Kekacuan, Isu SARA Digoreng

Indonesia bakal diprediksi akan mengalami perselisihan dengan China di masa depan, dilihat dari data-data hubungan kedua negara tersebut.

Dala tulisannya, Felix mengatakan memang tidak ada sengketa tanah, tetapi ada sengketa maritim, diperjelas pada Desember 2019.

Ketika sebuah kapal penjaga pantai Tiongkok mengawal beberapa kapal penangkap ikan masuk ke dalam sembilan garis putus-putus yang diproklamirkan Tiongkok.

Tetapi berada di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dekat kepulauan Natuna di Laut China Selatan.

Kapal Coast Guard China-5202 dan Coast Guard China-5403 membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Sabtu (11/1/2020). Dalam patroli tersebut KRI Usman Harun-359 bersama KRI Jhon Lie-358 dan KRI Karel Satsuitubun-356 melakukan patroli dan bertemu enam kapal Coast Guard China, satu kapal pengawas perikanan China, dan 49 kapal nelayan pukat asing.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)
Kapal Coast Guard China-5202 dan Coast Guard China-5403 membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Sabtu (11/1/2020). Dalam patroli tersebut KRI Usman Harun-359 bersama KRI Jhon Lie-358 dan KRI Karel Satsuitubun-356 melakukan patroli dan bertemu enam kapal Coast Guard China, satu kapal pengawas perikanan China, dan 49 kapal nelayan pukat asing.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT) (kompas.com)

Ini adalah situasi memanas pertama Indonesia dengan China, di mana Jakarta langsung memanggil duta besar China untuk melakukan protes diplomatik.

TNI kemudian dikerahkan dengan sepuluh kapal angkatan laut, dan empat pesawat tempur F-16 ke pulau Natuna, pada awal tahun 2020.

Perairan di utara Kepulauan Natuna juga penting bagi masa depan industri energi Indonesia.

Ladang gas alam terbesar yang belum dimanfaatkan di negara itu, yang disebut East Natuna dan berisi sekitar 46 triliun kaki kubik sumber daya gas yang dapat dipulihkan, terletak di sana.

Secara tradisional, Indonesia berusaha menghindari perselisihan maritimnya dengan China.

Menekankan kurangnya "sengketa teritorial"antara kedua negara, Indonesia sering menawarkan untuk bertindak sebagai mediator netral antara China dan negara tetangganya di Asia Tenggara dalam sengketa abadi mereka atas Kepulauan Spratly.

Halaman
123
Sumber: GridHot.id
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved