Berita Tanjab Barat

Kisah Nurbaya Penjahit Masker di Tanjabbar, Penuhi Kebutuhan Hidup Keluarganya di Tengah Pandemi

Nurbaya menjadi pahlawan kemanusian di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih terjadi.

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi/Samsul Bahri
Nurbaya, penjahit masker di Tanjabbar 

TRIBUNJAMBI.COM, KUALATUNGKAL - Keterbatasan diri sendiri bukanlah menjadi penghalang untuk berbuat baik terhadap orang lain.

Karena keterbatasan pula menyadarkan arti untuk berbagai dengan orang.

Hal inilah yang dilakukan oleh Nurbaya, wanita asal Kuala Tungkal.

Nurbaya menjadi pahlawan kemanusian di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih terjadi.

Pekerjaan sehari-harinya menjadi penjahit masker di Tanjabbar.

Ia membuat masker yang kemudian diberikan kepada masyarakat.

Baca juga: Benarkah Paus Fransiskus Dukung LGBT? Begini Masa Lalu hingga Pengangkatan Gereja

Baca juga: VIDEO Rusia Mulai Ikut Campur Perang Armenia? Kirim 13 Jet Tempur Mikoyan MiG-29

Baca juga: UU Cipta Kerja Sulit Dibatalkan, Pemerintah Dekati NU dan Muhammadiyah Semoga Tak Masuk Angin

Nurbaya yang kurang dalam pendengaran menceritakan kepada Tribunjambi.com, Kamis (22/10/2020) bagaimana Ia melakukan penjahitan masker.

Nurbaya merupakan sosok sederhana yang hidup dengan tiga orang anak perempuannya di sebuah rumah kontrakan yang terbuat dari papan.

Ia baru delapan bulan tinggal di rumah yang beralamat di Jalan Manunggal 2 RT 08, Kecamatan Tungkal Ilir atau tepatnya di depan SD 157.

Ia merupakan warga Kuala Tungkal, namun sejak 1995, dirinya ikut suaminya untuk mencari penghasilan di Jakarta.

Namun, delapan bulan lalu Ia berpisah dengan sang suami dan memutuskan untuk kembali ke Kuala Tungkal dan hidup dengan tiga anaknya.

Memulai kehidupan dari nol tanpa kepala keluarga dan menggantikan peran seorang ayah merupakan keputusan yang harus di ambil oleh Nurbaya.

Basicnya yang pernah bekerja di Perusahaan Garmen di Jakarta, membuatnya berakal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan membuka jasa jahit.

"Baru delapan bulan ini tinggal di sini, ini tinggal sama saya dan tiga anak saya. Sebenarnya anak saya ada 5, cuma yang dua sudah meniggal. Sekarang ini sama saya yang besar umur 10 tahun, yang tengah 8 tahun, yang paling kecil 1 tahun 9 bulan,"sebutnya.

Selama delapan bulan ini Ia mencoba untuk memupuk perekonomian memenuhi kebutuhannya dan tiga anak perempuan yang Ia cintai.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved