Apa Itu Kumpul Kebo, Mengapa Artis dan Orang-orang Bisa Keenakan Begini
Dua artis ini dituding kumpul kebo saat masing-masing sudah memiliki pasangan sah pernikahan. Sebenarnya apa itu kumpul kebo?
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Duanto AS
Sudirman Hasan, dosen pendidik di Malang, menulis di Kompasiana tentang kumpul kebo.
Berikut ini tulisan berjudul 'Ketika Kumpul Kebo' Jadi Pilihan.
Saya yakin tidak satu pun manusia di dunia ini yang mau dicap sebagai pasangan 'kumpul kebo.'
Di benak mereka yang paling dalam, tentu terbetik keinginan untuk hidup sempurna seperti layaknya orang lain.
Namun, karena pilihan-pilihan yang sulit, kumpul kebo pun jadi alternatif yang tak terhindarkan.
Berdasarkan beberapa kasus hidup satu atap tanpa ikatan perkawinan yang saya amati di lingkungan saya, mereka memilih menjadi pasangan kumpul kebo karena hal itu lebih ringan dan mudah dilakukan ketimbang melakukan pernikahan resmi, baik di KUA maupun Kantor Catatan Sipil.
Di masyarakat miskin, misalnya di kawasan pemulung di kota Malang, pernikahan resmi yang mengharuskan pasangan itu melengkapi syarat administrasi dan menyiapkan sejumlah biaya tentu sangat berat.
Bagi mereka, biaya untuk bertahan hidup saja susah.
Tatkala cinta berlabuh antara dua insan yang sama-sama tingkat ekonominya lemah, kumpul kebo pun jadi pilihan.
Cobalah kita tengok ketika diadakan pernikahan masal di berbagai daerah, ternyata pesertanya membludak.
Ini membuktikan bahwa fenomena kumpul kebo di masyarakat miskin sudah lama mendarah daging.
Kemudian, ketika saya saat ini berkesempatan tinggal di negeri maju, Amerika, fenomena kumpul kebo bahkan menjadi budaya.
Mereka menjadi pasangan tanpa ikatan pernikahan bukan lagi disebabkan oleh kemiskinan, namun justru karena situasi hukumlah yang menyebabkan mereka memilih jalur ini.
Sebagai contoh, perilaku hidup bebas bergaul antara laki-laki-perempuan memang didukung dan dilindungi oleh hukum.
Para remaja yang telah berusia 18 ke atas mendapat kemerdekaan penuh untuk menata dan mengatur hidupnya.