Kisah Pilu Siswi SMP Diperkosa 10 Pria Ditempat Berbeda-beda, Korban Alami Depresi dan Tertekan

Kasubag Humas Polres Buleleng Iptu Gede Sumarjaya menjelaskan, korban seperti mengalami depresi dan tertekan ketika tiba di rumah.

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
11122017_ILUSTRASI PEMERKOSAAN 

TRIBUNJAMBI.COM - Terkuaknya peristiwa pemerkosaan ini bermula ketika sang anak baru pulang ke rumah setelah hilang tiga hari, yakni Minggu (11/10) hingga Rabu (14/10).

Akibatnya, korban saat ini mengalami trauma dan depresi.

Kasubag Humas Polres Buleleng Iptu Gede Sumarjaya menjelaskan, korban seperti mengalami depresi dan tertekan ketika tiba di rumah.

Baca juga: Begini Nasib Jenderal Polisi EP Sekarang, Menyedihkan Setelah Terlibat Kasus LGBT

Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini, Taurus Jangan Menghindar dan Segera Selesaikan Masalahmu

Baca juga: Ditangkap Bawa Sabu 9,9 Gram di Pulau Pandan, Nurhalim Pasrah Dihukum 10 Tahun Penjara

Melihat hal tersebut, orang tua lantas menanyakan kondisinya.
Korban pun mengaku telah diperkosa 10 orang.

Mendengar pengakuan sang anak, keluarga lantas melaporkan kasusnya ke polisi.

Lebih lanjut, Iptu Gede Sumarjaya menyatakan jika saat ini korban telah mendapatkan penanganan dari psikiater.

"Sudah bisa diajak komunikasi tapi ngalor ngidul. Berdasarkan keterangan awal diduga pelaku 10 orang dengan lima TKP," terang Sumarjaya dilansir dari Kompas.

Untuk itu, Sumarjaya mengaku pihaknya tengah menyelidiki dan mencari pelaku pencabulan tersebut.

Pencabulan pertama itu diduga dilakukan pelaku pada 11 Oktober 2020.

Kejadian pertama diduga dilakukan enam orang di Penarungan, Buleleng.

Kejadian kedua sampai kelima terjadi di Alasangker, Buleleng, dengan waktu dan tempat berbeda.

Tanda Bahaya Pemerkosaan

Pelatihan selama satu tahun oleh profesor psikologi, yang mengajarkan kemampuan fisik dan emosional untuk melawan serangan seksual, telah berhasil menurunkan tingkat pemerkosaan di kampus hingga separuhnya.

Satu dari empat mahasiswa Inggris mengalami pengalaman seksual yang tidak diinginkan di kampus, menurut temuan studi NUS.

Prof Chalene Y. Senn menghabiskan 10 tahun bekerja bersama tim psikolog di University of Windsor membuat program edukasi untuk membantu perempuan mempertahankan diri mereka dari serangan seksual.

Menyasar pada mahasiswa tingkat pertama—yang merupakan korban serangan seksual paling sering—pelatihan Senn sukses mengurangi tingkat pemerkosaan di kampus hingga 46 persen dengan cara mendorong perempuan untuk bertindak cepat ketika mereka berada di situasi yang tidak nyaman.

Program dengan nama The Enchanced Asses, Acknowledge, Act (EAAA) Sexual Assault Resistance ini memberikan perempuan kemampuan fisik dan emosional untuk melawan serangan seksual melalui seri pelajaran fisik dan psikologis.

Dalam pengembangan program, Senn mengidentifikasi tanda-tanda yang mengarah pada pemaksaan seksual atau indikator sebelum pemerkosaan alias “pre-rape”.

Dirumuskan oleh Patricia Rozee dan Mary Koss pada studi mereka tahun 2001, “pre-rape” merujuk pada kategori perilaku yang secara ilmiah berhubungan dengan pelaku pria.

“Peneliti kekerasan seksual melihat serangan seksual sebagai satu titik pada serangkaian perilaku dalam masyarakat yang disebabkan berbagai masalah, namun pada umumnya soal sikap dan perilaku,” kata Senn.

Tidak ada jaminan bahwa semua pelaku serangan seksual akan berperilaku sama, karenanya Senn menegaskan bahwa pemicu tindakan tersebut beragam.

Bagaimana pun, dia menambahkan, ada beberapa tanda yang bisa menjadi tanda peringatan bila seorang pria menjadi ancaman perempuan di sekelilingnya.

Adapun tanda-tanda ini kerap dianggap sebagai hal yang biasa, sehingga seringkali diabaikan.

Terlebih fakta bahwa 80 persen korban pemerkosaan mengenal pelakunya, sehingga korban cenderung tidak memperhatikan tanda-tanda ini jika pelaku adalah teman dekat, kolega atau anggota keluarga tepercaya.

Berikut beberapa tanda peringatan “pre-rape”:

1. Menguasai

Ketika seseorang menunjukkan bahwa mereka ingin menguasai Anda dalam hal-hal tertentu, itu bisa menjadi lampu merah. Misalnya memaksa melakukan hal tertentu, atau mengenakan pakaian tertentu, dan sebagainya.

2. Sentuhan yang tidak diinginkan

Menyentuh perempuan tanpa persetujuannya adalah tanda peringatan penyerangan yang jelas.

Meski begitu, kadang-kadang korban tidak bisa membedakan antara sentuhan yang sifatnya penyerangan atau yang memiliki maksud lain.

3. Menuntut dan mengatur

Sekali lagi, tanda ini bisa saja terjadi di luar konteks seksual dan dapat terjadi dalam sejumlah cara di lingkungan sosial.

Senn menjelaskan isyaratnya sebagai berikut: "Seorang pria yang bersikeras untuk melakukan caranya sendiri meskipun mengetahui bahwa bukan itu yang Anda inginkan.”

Baca juga: Ashanty Beli Nasi Goreng Seharga Rp 1,5 Juta, Anang: Dilabelin, Dilaminating Terus Dibawa Ke Jakarta

Baca juga: Muslim Tanam 45 Batang Ganja di Rumah, Ngaku Buat Penelitian dan Sudah Konsumsi Ganja Sejak Remaja

Baca juga: Buat Ngeri, Ternyata Ini Hukuman Bagi Anggota Kopassus yang Gagal Jalankan Misi Negara

4. Pemisahan

Sama seperti bagaimana mengenali perilaku “pre-rape”— seringkali lingkungan dan keadaan juga menjadi pendorong seseorang melakukan pemerkosaan.

Biasanya, risiko penyerangan seksual terbesar terjadi saat hasrat bertemu dengan situasi yang memungkinkan.

Tanda situasional yang khas adalah memisahkan korban dari keramaian atau orang lain.

Sebagai contoh, orang yang berniat melakukan tindakan seksual biasanya memastikan bahwa dia dan korbannya benar-benar sendirian.

Sumber : Hilang 3 Hari, Terbongkar Kisah Pilu Siswi SMP Diduga Diperkosa 10 Teman di Lima Lokasi Berbeda

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved