Candi Muarojambi

Jejak Ratusan Tahun di Candi Kedaton Muaro Jambi, Arkeolog Ungkap Fungsi Pentingnya di Jaman Dulu

Candi Kedaton Muaro Jambi diduga sebagai tempat tinggal para guru spiritual terlihat dari komponen arsitektur yang sama dengan candi di India.

Penulis: A Musawira | Editor: Nani Rachmaini
(Tribun Jambi/ Musa)
Candi Kedaton Muaro Jambi diduga sebagai Tempat tinggal para guru spiritual, terlihat dari komponen arsitektur, Sabtu (17/10/2020). 

Jejak Ratusan Tahun lalu di Candi Kedaton Muaro Jambi, Arkeolog Ungkap Fungsinya di Jaman Dulu dan Bukti Penemuan

TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI - Candi Kedaton Muaro Jambi diduga sebagai tempat tinggal para guru spiritual terlihat dari komponen arsitektur yang sama dengan candi di India.

Saat ini sedang berjalan tahapan pemulihan arsitektur.

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi selaku instansi yang fokus melakukan pemeliharaan, pelindungan dan pengembangan cagar budaya, telah melakukan pemugaran sejak 2009 silam, sehingga pemugaran pada 2020 ini sudah memasuki tahap XII.

Sejak awal Agustus kegiatan ini sudah dimulai, melibatkan para pekerja lokal berjumlah 69 orang, terdiri dari satu pemimpin pekerja dalam 13 kelompok.

Techno Arkeologi BPCB Jambi, Vera Fenniwaty Wailanduw mengatakan kegiatan pemugaran ini merupakan tahap akhir, diharapkan semua proses pengerjaannya bisa selesai dengan rampung.

Candi Kedaton Muaro Jambi diduga sebagai Tempat tinggal para guru
spiritual, terlihat dari komponen arsitektur, Sabtu (17/10/2020).
Candi Kedaton Muaro Jambi diduga sebagai Tempat tinggal para guru spiritual, terlihat dari komponen arsitektur, Sabtu (17/10/2020). ((Tribun Jambi/ Musa))

"Lokasi pemugaran kali ini di sisi barat dari candi induk candi kedaton, meliputi enam bangunan struktur dan delapan pagar pembagi," kata Vera Sabtu (17/10/2020).

Dalam proses pembongkaran lapis demi lapis susunan bata kerap menemukan benda-benda purbakala yang memiliki nilai pengetahuan adiluhung, di antaranya bata bergores dan bata bergambar.

Anda mungkin bertanya-tanya apa fungsi dari Candi Kedaton, dan kapan Candi Kedaton itu mulai dibangun?

Berbagai pendapat para ahli bermunculan, baik diterbitkan dalam bentuk buku, karya ilmiah dan laporan penelitian.

Satu di antaranya, seorang Dosen Arkeologi Universitas Jambi Ashyadi Mufsi Sadzali, mengatakan fungsinya sebagai media pembelajaran, untuk memahami sifat-sifat dari ajaran agama Buddha.

”Namun tidak dipungkiri juga sebagai objek meditasi pada masa lalu,” kata Asyhadi Mufsi Sadzali.

Sementara, Peneliti Senior Balai Arkeologi Sumatra Selatan, Retno Purwanti menyampaiakan terkait umur Candi Kedaton berdasarkan temuan keramik dari Dinasti Sung dan inskripsi yang melekat pada makara di Candi Kedaton memiliki masa waktu yang sama.

“Hasil penanggalan lewat radiokarbon dari temuan prasasti pendek, bahwa Candi Kedaton sudah difungsikan sejak Abad sembilan hingga 11 Masehi."

"Sementara temuan keramik juga berasal dari abad sembilan,” ujar Retno.

Menurut Retno, inskripsi yang melekat pada makara dapat dibaca, dengan lafal pamursitanira Mpu Kusuma.

“Tulisan tersebut menggunakan aksara kwadrat kediri dari Abad 11 hingga 12 masehi, dapat diartikan sebagai tempat mengheningkan ciptanya (samadi) Mpu Kusuma,” kata Retno.

Sementara itu, Candi Kedaton memiliki banyak ruang dan dibatasi pagar pembagi, di dalam ruang tentu terdapat prasarana dan sarana pendukung untuk kegiatan di dalamnya.

Menurut Kepala BPCB Jambi, Agus Widiatmoko menerangkan bahwa Candi Kedaton tidak hanya berperan sebagai tempat untuk beribadah.

Tetapi juga digunakan untuk tempat tinggal dan tempat untuk mempelajari filsafat Buddha.

“Dugaan Candi Kedaton sebagai tempat tinggal diperkuat dengan temuan arkeologis terkait dengan kebutuhan sehari-sehari."

"Temuan yang dimaksud misalnya, keramik dan sumber air bersih,” jelas Agus Widiatmoko.

Lanjut Agus dikatakannya, di ruangan menemukan sumber air bersih.

Di saat dilakukan pemugaran ada temuan keramik dari pecahan wadah.

Artinya Candi Kedaton bukan hanya sebagai tempat ibadah.

Jauh lebih dari itu, juga sebagai tempat tinggal.

“Penghuni Candi ini kemungkinan adalah para guru (biksu) spiritual yang mengajarkan tentang filsafat Buddha."

"Zaman dahulu namanya Acharya,” ungkapnya.

Menurut Agus sebagian ruangan dan pondasi atap di Candi Kedaton dahulu juga ada yang berbahan kayu.

Karena sudah terurai, bagian itu tidak bisa ditemukan.

“Penggunaan bahan kayu untuk bangunan di sekitar candi merupakan hasil kearifan lokal di masa lampau,” katanya.

Walaupun bangunan Candi Kedaton memiliki pola ruangan dan gaya arsitektur yang sama dengan candi di India, namun Candi Kedaton memiliki karakteristik tersendiri.

"Ada adaptasi lokalnya. Ada kemungkinan di dalamnya ada bangunan berbahan
kayu."

"Kalau di India bangunan seperti ini yang termasuk vihara kadang menggunakan tembok dan atap dari bata,” pungkasnya.

(tribunjambi/musawira)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved