Kisah Dramatis Sarwo Edhie Sang Penumpas PKI, Bertemu Anak DN Aidit, Ihlam Aidit Sampai Gemetar

Sejak awal Orde Baru, publik diberi tahu bahwa dalang Gerakan 30 September 1965 adalah PKI, yang berupaya mengkudeta pemerintahan RI

Editor: Nani Rachmaini
istimiwa handout Tribunjambi/wikipedia
Sarwo Edhi Wibowo 

Keakraban Sarwo Edhie dan Ilham berlanjut meski tidak bertemu lagi.

Tampak pada saat sebelum pemilihan presiden putaran terakhir pada 2004 lalu.

Ilham mengikuti silaturahmi yang digagas oleh dai kondang Aa Gym, dan bertemu dengan calon presiden Susilo "SBY" Bambang Yudhoyono, menantu Sarwo Edhie.

Ilham datang bersama teman-temannya dari Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) yang terdiri dari anak-anak korban G-30-S, DI/TII, dan sebagainya.

Dalam pertemuan di pesantren Aa Gym, Ilham membisiki SBY tentang pertemuannya dengan Sarwo pada 1981 dan 1984 silam. SBY memberi respons positif.

"Dengan tangannya yang besar, dia (SBY) memegang paha kiri saya dan dia bilang kita harus menyelesaikan masa lalu, namun dengan cara yang arif," kata Ilham.

Ketika itu, kata Ilham, SBY yang berbaju batik dan berpeci, diapit oleh Aa Gym yang bersorban, sementara Ilham yang mengenakan kemeja lengan panjang.

Pemegang Wangsit yang Disingkirkan Penguasa

Menurut Salim Said dalam Menyaksikan 30 tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016), nasib Sarwo senaas dua "king maker" (sosok yang membuat orang lain jadi raja) lainnya, yakni Letnan Jenderal Kemal Idris dan Mayor Jenderal HR Dharsono.

Sarwo, yang ketika itu jadi Panglima Kodam Bukit Barisan (1967-1968), diisukan hendak mengkudeta Soeharto.

Setelah jadi Pangdam di Medan, Sarwo dikirim ke Papua untuk memimpin Kodam Cendrawasih—daerah yang rawan keamanan karena aktivitas Organisasi Papua Merdeka (OPM). Di situ Sarwo pernah nyaris terbunuh dalam sebuah perjalanan.

Pada 1970, Sarwo dijadikan Gubernur Akabri, sebuah posisi tanpa pasukan tempur yang kuat.

Setelah 1978, Sarwo "di-dubes-kan" ke Korea Selatan dan kemudian ditunjuk untuk menjabat Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri.

Setelah itu, ia menjadi anggota DPR sebagai wakil Golkar. Posisi-posisi itu makin menjauhkannya dari pucuk kekuasaan Indonesia.

Setelah dirinya meninggal, barulah salah satu menantunya, Susilo Bambang Yudhoyono, berhasil jadi Presiden pada 2004.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved