Peristiwa G30S PKI

Jadi Saksi Hidup G30S PKI, Beginilah Cerita Sugimin dan Van: Dua Hari Setelahnya Kami tak Bisa Makan

Jenderal Ahmad Yani adalah salah satu korban kebiadaban para pembelot Gerakan 30 September 1965, bersama 6 perwira lainnya.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
IST via Tribunjogja.com
Pengangkatan jasad Brigjen Soetojo dari sumur di Lubang Buaya, 4 Oktober 1965 

TRIBUNJAMBI.COM - Dihabisi secara tragis, begini kondisi Jenderal Ahmad Yani saat dievakuasi dari Lubang Buaya.

Jenderal Ahmad Yani adalah salah satu korban kebiadaban para pembelot Gerakan 30 September 1965, bersama 6 perwira lainnya. 

Gerakan para pembelot yang ingin mengganti dasar negara Pancasila dengan Komunis ini menargetkan 7 orang perwira tinggi Angkatan Darat lantaran dianggap vokal menghalangi niatan Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Tepat hari ini, sejarah kelam 54 tahun lalu, peristiwa berdarah nan memalukan dilakukan oleh G30S/PKI. 

Tips Agar Orangtua Cukup Tidur Ketika Menjadi Ayah dan Ibu Baru Mengurus Bayi yang Baru Lahir

Penyebab Hari Jambi Tak Juara di LIDA 2020, Padahal Sempat Pimpin Perolehan Polling Sementara

Melalui sebauh kesaksian Personel KKO AL dalam pengangkat jenazah korban G30S/PKI di Lubang Buaya. 

Pengangkatan jenazah dari Lubang Buaya dilaksanakan oleh Personel KKO AL di bawah komando Mayjen Hartono. 

Dengan menumbalkan Resimen Tjakrabirawa, G30S/PKI menculik dan membunuh para Jenderal TNI AD hingga satu Perwira hebatnya.

Dalam proses evakuasi para perwira tinggi TNI AD tersebut, yakni Jenderal Ahmad Yani hingga Letnan Pierre Tendean di Lubang Buaya berlangsung selama berjam-jam.

Kesaksian personel KKO AL dalam proses evakuasi tersebut menyisahkan kisah sedih.

Di mana Personel KKO AL adalah pasukan yang ditugaskan dalam proses evakuasi jenazah di Lubang Buaya.

Kisah yang menyayat hati ketika mengevakuasi Panglima TNI saat itu, Jenderal Ahmad Yani.

Kondisi Jenderal Ahmad Yani diungkap personel KKO AL itu, ia menyebutkan jasad Jenderal Ahmad Yani kondisinya sungguh tragis di antara jenazah lainnya.

Dan dalam proses evakuasi jenazahnya, satu kejadian menegangkan terjadi.

Dikutip dalam artikel Sosok.id yang menguitp dari Akun Youtube MTA TV, Senin (30/9/2019) dalam tayangan video tersebut mewawancarai

Pelda (Purn) Sugimin dan Pelda (Purn) Evert Julius Ven Kandou.

Keduanya adalah tentara yang diberikan tugas oleh Komandan KKO AL saat itu Mayjen Hartono untuk mengangkat jenazah korban G30S/PKI di Lubang Buaya, Kompleks Halim.

Menkes Terawan Tak Datang Di Acara Najwa Shihab, Ini Komentar Komika Bintang Emon

Sugimin dan Ven Kandou termasuk dari 12 orang yang jadi saksi hidup melihat kekejaman apa yang dilakukan PKI terhadap tujuh perwira TNI AD.

Awal keduanya ditugasi saat itu 3 Oktober 1965 sore hari, seorang personel Kostrad bernama Kapten Sukendar mendatangi Pusat Kormar untuk menemui perwira dinas disana.

Tujuan Kapten Sukendar ialah meminta bantuan personel KKO AL untuk mengangkat jenazah para perwira TNI AD atas mandat dari Pangkostrad Mayjen Soeharto.

Lantas Sugimin dan Kandou bersama rekan-rekan naik truk menuju Lubang Buaya.

Sesampainya di Lubang Buaya, Sugimin dan Ven Kandou mengetahui secara jelas tugas apa yang bakal mereka lakukan.

Cepat saja Ven Kandou dan Sugimin langsung diperintahkan untuk masuk ke sumur tua tempat dimana tujuh jenazah perwira tinggi TNI AD dibunuh.

Dari 100 meter bau busuk mayat sudah tercium oleh Sugimin dan Ven Kandou saat masuk ke sumur tua itu.

"Masker anti huru-hara tembus baunya, dari 100 meter kita masuk sudah terasa bau (busuknya) jenazah," ujar Ven Kandou.

"Dua hari setelahnya kami tak bisa makan (gara-gara bau itu)," tambahnya.

Untuk mengangkat jenazah pun secara wajar tidak mungkin.

Hal ini lantaran posisi jenazah dari ketujuh perwira TNI AD di sumur itu terbalik, yakni kaki berada diatas dan kepala dibawah.

Mau tak mau kaki jenazah harus diikat dan ditarik keatas dalam keadaan terbalik.

"Yang ngenes sekali itu (jenazah) pak Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Sutoyo ketika ditarik ke atas sudah dimulut sumur talinya putus," kata Ven Kandou.

Putusnya tali itu membuat jenazah keduanya jatuh lagi kedalam sumur tua.

Rillis BMKG Untuk Besok Rabu, Diperkirakan 17 Daerah Berpotensi Hujan Lebat

Ven Kandou melanjutkan jika dirinya semakin sedih tatkala melihat kondisi para jenazah, terutama jenderal Ahmad Yani.

"Sedih, saya melihat pak Yani lehernya disayat hampir putus," kata Ven Kandou.

Sugimin juga mengatakan kondisi jenazah Ahmad Yani yang paling memprihatinkan.

"Mungkin Pak Yani diberondong tembakan berkali-kali."

"Pada waktu (jenazah Ahmad Yani) diangkat kotoran dari perutnya keluar (sobek akibat berondongan peluru sebelumnya), jenazah yang lainnya tak ada yang sampai seperti itu," ujar Sugimin.

Berikut Para Jenderal dan satu Perwira TNI AD yang ditemukan dalam sumur tua (Lubang Buaya).

1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)

2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)

3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)

4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)

5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)

6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

7. Lettu Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal A.H Nasution) (Wikipedia)

SUMBER: Tribun Manado

Streaming Tottenham Hotspurs vs Chelsea Malam Ini Carabao Cup, Siaran Langsung Piala Liga Inggris

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved