Pengepul Barang Bekas di Muaro Jambi Terdampak Pandemi, Rongsokan Tertahan hingga 6 Bulan

Pengepul barang rongsokan di Desa Jambi Kecil, Kabupaten Muaro Jambi mengeluh atas dampak pandemi Covid-19.

Penulis: tribunjambi | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Musa
Sudirman (43) warga Desa Jambi Kecil yang bekerja mengumpulkan barang rongsokan mengeluh dampak pandemi Covid-19 berimbas kepada usahanya. Kamis (24/9/2020). 

TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI – Pengepul barang bekas di Desa Jambi Kecil, Kabupaten Muaro Jambi mengeluh atas dampak pandemi Covid-19.

Stok rongsokan kian menurun drastis, barang rongsokan yang ada tertahan hingga enam bulan.

Seorang pengepul barang bekas, Sudirman (43) mengatakan dampak pandemi Covid-19 berimbas kepada usahanya, hal itu dirasakan sejak Maret 2020 hingga sekarang.

“Karena corona, akses saya untuk mencari barang rongsokan terhambat, karena memerlukan surat izin kesehatan untuk menuju ke daerah yang di tuju, dan itu harus mengeluarkan dana sekitar Rp 400 ribu, sedangkan usaha yang dijalani belum tentu pendapatan segitu,” ucap Sudirman kepada Tribunjambi.com Kamis (24/9/2020) siang.

Hamas-Apri Bersyukur Dapat Nomor Urut Dua, Benarkah Pertanda Akan Dua Periode?

Lima Pelaku Narkotika Jaringan Lapas Diringkus Polda Jambi, Petugas Amankan Setengah Kilo Sabu

Lowongan Kerja BUMN di PT Hotel Indonesia Natour, Ada 14 Posisi yang Membutuhkan Karyawan

Sambung Sudirman, barang rongsokan yang dirinya cari itu berupa besi bekas dari alat mesin, besi sepeda, motor, dinamo serta semua jenis plastik bekas.

Barang rongsokan ini banyak ditemukan di Kabupaten Tanjab Timur, terutama Kampung Laut dan Nipah Panjang.

“Sebelum corona biasanya saya bisa menghasilkan satu ton - satu setengah ton dua sampai tiga hari. Sedangkan saat ini berkurang hingga di bawah 50 persen. Hal ini membuat barang bekas yang ada di rumah, belum bisa saya jual kepada pengepul, karena belum mencapai target penjualan,” ujarnya.

Sementara itu harga beli barang bekas saat ini, yakni besi Rp 3 ribu perkilo dan plastik Rp 2 ribu perkilo.

Ia menyampaikan bahwa permintaan barang rongsokan banyak datang dari Tanjab Timur, namun dengan kondisi seperti ini menyebabkan akses untuk mendapatkan barang dari konsumen atau masyarakat di sana sulit, karena harus memerlukan surat keterangan sehat atau sejenisnya.

“Kalau saat ini, saya hanya meninjau di sekitar Kecamatan Maro Sebo saja, untuk menambah stok barang yang ada. Sedangkan stok barang sekarang sudah tertahan hingga enam bulan. Akibatnya modal terbenam dan pendapatan saya turun drastis,” pungkasnya. (tribunjambi.com/musa)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved