Kisah Militer RI

Pakai Baju Barong Tagalog, Aksi Kopassus yang Diperintah Soeharto Sukses Gagalkan Kudeta di Filipina

Bahkan saat Indonesia di era pemerintahan Soekarno dan Soeharto, negara ini menjadi bangsa dengan basis militer terkuat di Asia Tenggara.

Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM - Dalam sejarah Indonesia, satuan elite kepunyaan TNI AD, yaitu Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pernah menciptakan aksi menggegerkan bagi militer dunia.

Hal itu membuat militer Indonesia diperhitungkan oleh dunia luar.

Bahkan saat Indonesia di era pemerintahan Soekarno dan Soeharto, negara ini menjadi bangsa dengan basis militer terkuat di Asia Tenggara.

Kisah 13 Pasukan Kopassus Menyerbu KKB, 78 Menit Seluruh Area Berhasil Dikuasai

Usai Tragedi G30S PKI, Kopassus Buru Duku Sakti PKI Bernama Mbah Suro, Dikenal Kebal Senjata Apapun

16 Kopassus Tembak-tembakan di Bukit, Helikopter Penyelamat Tak Datang

Bahkan sejarah pernah mencatat, Tentara Nasional Indonesia pernah dipercaya sebagai komando tertinggi dalam misi pengamanan negara dari bahaya kudeta di tengah acara besar KTT Asean.

Sepanjang tahun 1980-1987'an negara Filipina dirundung kelam.

Keadaan Filipina tambah runyam dengan datangnya tokoh oposisi musuh bebuyutan Ferdinand Marcos, Benigno 'Ninoy' Aquino pulang kampung ke Manila dari pengasingannya diluar negeri tahun 1983.

Tapi nasib sial menghampiri Ninoy Aquino, belum juga keluar dari bandara di Manila ia sudah ditembak mati oleh sniper anak buah Jenderal Fabian Ver, Kastaf Ferdinand Marcos.

Sontak hal ini membuat rakyat Filipina marah karena mereka sudah muak atas kepemimpinan tirani Marcos.

Lahirlah gerakan rakyat bernama 'People's Power', mereka berdemo menuntut penggulingan rezim Marcos.

Viral Pengakuan Mantan Istri Dory Harsa, Blak-blakan Ungkap Sifat Asli Suami Nella Kharisma

Mahkamah Agung Kabulkan Peninjauan Kembali Asiang Terpidana Kasus Suap di DPRD Provinsi Jambi

Subsidi Upah Rp 1,2 Juta Mulai Cair, Aturan Beda Untuk Rekening BCA, Panin, Danamon, Dll

Ferdinand Marcos goyah, militer Filipina dibawah kepimpinan Jenderal Fidel Ramos dan Kolonel Juan Ponce kemudian melancarkan kudeta terhadap Marcos.

Ferdinand Marcos tumbang dan ia melarikan diri bersama istrinya keluar negeri.

Tampuk kepresidenan kosong, rakyat kemudian memilih Corazon Aquino (janda Benigno 'Ninoy' Aquino) sebagai presiden baru Filipina.

Tapi Corzaon juga menghadapi berbagai ancaman kudeta dan berulangkali kudeta kepadanya dilakukan namun belum berhasil.

Buntungnya lagi pemerintahan Corazon juga dirundung berbagai macam pemberontakan, jadi pemerintah melawan dua hal langsung yaki kudeta dan pemberontakan separatis.

Tahun 1987 Filipina ketiban giliran menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-3.

Dalam KTT itu pemimpin-pemimpin negara di Asia Tenggara akan bertemu di Manila.

Namun keadaan keamanan Filipina yang acak adul tak menentu dan rawan tak menentu membuat para pemimpin ASEAN enggan menghadiri pertemuan tersebut dengan alasan keselamatan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved