Pemakaman Pasien Covid
Punya Riwayat Asma, Nisnadiana Bertahan 4 Jam Dalam APD Demi Makamkan Pasien Positif Rapid Test
Nisnadiana Sandora perawat berusia 38 tahun yang bekerja di RSUD Daud Arif Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengaku bersyukur pada Allah.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL-Nisnadiana Sandora, perawat berusia 38 tahun yang bekerja di RSUD Daud Arif Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengaku bersyukur kepada Allah. Lantaran mampu menyelesaikan pemakanan warga yang positif rapid tets.
Nisnadiana mengaku mempunyai riwayat penyakit asma, sementara selama bekerja dengan menggunakan APD saat di dalam ruangan ber AC dirinya hanya sanggup kurang dari satu jam. Namun, ketika melakukan proses pemakaman di tengah terik matahari yang memakan waktu lebih kurang empat jam, dirinya mengaku sanggup.
"Saya bersyukur dengan Allah karena saya diberi kekuatan yang luar biasa. Saya mempunyai riwayat asma yang selalu kambuh dan biasa nya hanya bisa bertahan menggunakan APD setengah jam lebih di dalam ruangan ber AC," ujarnya.
• Perawat di Tanjabbar Ini Sukarela Bantu Proses Pemakaman Jenazah Pasien Positif Rapid Test
• Pembangunan Akses Jalan Ujung Jabung, Fauzi: Perlu Review Desain Jembatan Sungai Rambut
"Tetapi dengan izin Allah saya bisa bertahan menggunakan APD kurang lebih 4 jam, di dalam suasana yang panas yang luar biasa, tanpa makan dari pagi," terang Nisnadiana.
Proses selama pemakaman sendiri dilakukan delapan orang. Kata Nisnadiana, sampai dengan proses terakhir hanya ada empat orang yang bertahan, karena kelelahan.
"Di tengah proses pemakaman dalam kondisi yang sangat panas, petugas dari puskesmas dan supir pergi untuk istirahat jadi tinggal saya, satu perawat lainnya perawat, pak kapolres dan ajudannya yang bertahan," katanya.
Bahkan dikatakan Nisnadiana, dirinya membantu menggunakan kepala cangkul dimana gagang cangkul tersebut sebelumnya patah. Sementara, satu orang perawat lainnya menggunakan kedua tangannya untuk menutupi peti liang lahat tersebut.
"Lihat kondisi liang lahat belum berisi tanah peti masih kelihatan, dengan sarana yang minim, pak kapolres yang menyangkul dan saya mengais-ngais tanah dengan kepala cangkul yang patah dan perawat satunya mengais tanah dengan tangan nya sendiri," pungkasnya.