Isu Reshuffle Muncul, Rocky Gerung Ragu Menteri Baru Bisa Atasi Covid-19: Dari Awal Sudah Keliru
kondisi kebingungan juga dialami oleh para menteri yang dituntut untuk mempercepat penyerapan anggaran.
TRIBUNJAMBI.COM - Pengamat politik Rocky Gerung memberikan tanggapan terkait munculnya kembali isu akan adanya perombakan kabinet atau reshuffle.
Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung mengaku tidak sepenuhnya yakin bahwa kebijakan reshuffle akan menyelesaikan sepenuhnya persoalan Virus Corona (Covid-19).
Hal itu disampaikannya dalam tayangan Youtube pribadinya Rocky Gerung Official, Minggu (23/8/2020).
Karena seperti yang diketahui, persoalan utama yang sedang dihadapi oleh pemerintah saat ini adalah pandemi Covid-19.
Oleh karenanya, jika pun ada reshuffle tentunya merupakan hasil evaluasi terhadap kinerja para menteri dalam menangani Covid-19.
• Kekasih Anak Iis Dahlia Klarifikasi Soal Makna Kata Anjay, Lutfi Agizal: Gua Jujur Minta Maaf
• Ayu Ting Ting Ternyata Lagi Dekat Sama Pria Bule, Pupuskah Asa Didi Riyadi dan Ivan Gunawan?
• China Ngebet Ingin Caplok Natuna, Buat AS Langsung Izinkan Indonesia Beli 8 Pesawat Tempur Ini
• Bagikan Makanan pada Kucing Jalanan, Sahabat Kucing Jambi Terbentuk dengan Modal Nekat
Dan para penggantinya pun harus dituntut mempunyai kompetensi dalam hal tersebut.
Maka dari itu, Rocky Gerung mempertanyakan apakah menteri penggantinya itu nantinya juga mampu diandalkan.
"Kan reshuffle artinya berdasarkan evaluasi presiden terhadap ketidakefektifan beberapa menteri di dalam menangani Covid-19," ujar Rocky Gerung.
"Sekarang problemnya, memang kalau direshuffle ada menteri yang mampu menangani Covid-19?," jelasnya.
Dirinya menilai bahwa yang bermasalah sebenarnya tidak sepenuhnya di kementerian.
Melainkan menurutnya adalah di tangan presiden itu sendiri yang sejak awal sudah salah dalam menyikapinya.
Dikatakannya tidak seharusnya Jokowi justru menyerahkan penanganan Covid-19 kepada gugus tugas maupun satuan tugas dan sejenisnya.
Menurutnya, dengan begitu koordinasinya pun menjadi bercabang karena memiliki interpretasinya sendiri-sendiri.
"Dari awal desainnya sudah keliru, Presiden itu enggak bisa menyelesaikan isu utamanya karena itu dia bentuk gugus tugas, bentuk satgas, lalu minta angkatan TNI bikin versinya sendiri," kata Rocky Gerung.
"Jadi kelihatannya presiden yang musti di reshuffle karena dia enggak mampu mengkoordinasi aparat-aparatnya," tegasnya.