Kiai Abdul Wahid Hasyim Berpulang, Ini Sosok, Profil, dan Sumbangsih Luar Biasa Bagi Indonesia

Sang kyai, ulama, tokoh bersejarah, pahlawan, dan sosok berjasa bagi Indonesia itu kini sudah berpulang. Indonesia kehilangan salah satu tonggak

Editor: Nani Rachmaini
Istimewa
Sosok KH Abdul Wahid Hasyim 

Wahid Hasyim mendalami syair-syair berbahasa Arab hingga hafal di luar kepala beserta maknanya.

Wahid Hasyim kecil merupakan anak yang cerdas. Saat usia 5 tahun, ia sudah belajar Al-Quran pada ayahnya bahkan berhasil khatam di usia yang masih sangat belia.

Selain belajar pada sang ayah, Wahid Hasyim juga belajar di Madrasah Salafiyah di Pondok Pesantren Tebu Ireng.

Pada usia 12 tahun, Wahid Hasyim tamat dari madrasah dan mulai ikut mengajar adiknya, A. Karim Hasyim kitab ‘Izi saat malam.

Sejak kecil Wahid Hasyim sudah sangat suka membaca, terutama buku kesusasteraan Arab.

Wahid Hasyim banyak menghimpun syair-syair Arab dalam sebuah buku tebal.

Lulus dari Madrasah, Wahid Hasyim kemudian pergi belajar ke Pondok Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo milik mertua ayahnya.

Di sana, Wahid Hasyim mempelajari kitab-kitab Bidayah, Sullam al-Taufiq, Taqrib, dan Tafsir Jalalain pada Kiai Hasyim sendiri dan Kiai Chozin Panji.

Namun ia hanya bertahan selama 25 hari sebelum akhirnya pindah ke Pondok Pesntren Lirboyo di Kediri.

Di Lirboyo, Wahid Hasyim malah hanya bertahan beberapa hari saja.

Pulang dari Lirboyo, K.H. Wahid Abdul Hasyim tidak melanjutkan ke pesantren lain, melainkan memilih untuk tinggal di rumah.

Sang ayah membiarkan saja pilihan tersebut, K.H. M. Hasyim Asy’ari menilah K.H. Abdul Wahid Hasyim sudah bisa menentukan sendriri bagaimana harus belajar.

Meski sudah menguasai Bahasa Arab dan kitab-kitab berbahasa Arab, tapi K.H. Abdul Wahid Hasyim belum bisa membaca tulisan latin.

Wahid Hasyim baru belajar huruf latin ketika ia menginjak usia 15 tahun. Kendati demikian, ia tak butuh lama untuk bisa menguasai baca tulis menggunakan huruf latin.

Pada 1932, ketika usianya menginjak 18 tahun, Wahid Hasyim kemudian dikirim ke Mekkah untuk menunaikan rukun Islam kelima serta mempredalam cabang ilmu agama.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved