Diduga Ambil Data Penggunanya, Donal Trump Larang Aplikasi TikTok di Amerika, Begini Tanggapannya
Kepada wartawan, Donald Trump mengatakan, bisa menandatangi perintah esekutif pada Sabtu (1/8/2020).
Perusahaan juga mengatakan, mereka tidak akan memenuhi permintaan pemerintah China untuk menyensor konten atau memberikan akses data penggunanya.
Lagipula TikTok mengklaim tidak pernah diminta untuk melakukan hal tersebut.
Bermasalah di Pakistan
Selain AS, negara lain juga dengan keras memperingatkan TikTok, satu di antaranya yakni Pakistan.
Sebelumnya, Pakistan juga dilaporkan memblokir platform Bigo Live yang barbasis di Singapura.
Mengutip dari apnews.com, otoritas pengawas mengatakan ada keluhan yang cukup luas tentang ‘konten tidak bermoral, 'cabul' dan vulgar’, pada aplikasi tersebut,
Dalam sebuah pernyataan, Otoritas Telekomunikasi Paksitan mengatakan, konten pada media platform tersebut data memiliki efek negatif.
• Detik-detik Diserahkannya Djoko Tjandra Diatas Pesawat, Dilakukan Polisi Diraja Malaysia ke Polri
“Efeknya sangat negatif pada masyarakat pada umumnya, khususnya kaum muda,” kata keterangan itu, tanpa rincian lebih lanjut.
Sebuah cuitan Twitter dari pihak berwenang mengatakan, mereka mengeluh kepada perusahaan yang menaungi platform tersebut.
“Respon dari perusahaan ini belum ‘memuaskan’,” terang pihak berwenang Pakistan.
TikTok Jadi Aplikasi Populer di Kalangan Muda Pakistan
Sebagaimana diketahui, baik TikTok, yang dimiliki raksasa teknologi Beijing ByteDance dan Bigo Live milik perusahaan Singapura digandrungi kawula muda.
Kalangan remaja dan dewasa muda di Pakistan pun menyukai aplikasi ini.
Dalam sebuah wawancara telepon, Kelompok Hak Media Sosial berbasis di Islamabad, BytesForAll, Shahzad Ahmad buka suara.
Hampir 70 persen dari 220 juta populasi merupakan pengguna TikTok, kata Ahmad.