Berita Tanjab Barat
Jalan Penghubung Dua Desa di Betara Memprihatinkan, Usai Hujan Tampak Seperti Kubangan Kerbau
Jalan sepanjang 26 kilometer yang merupakan jalur utama dua desa itu kini layaknya kubangan kerbau.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, TANJABBARAT - Kondisi jalan di Desa Makmur Jaya dan Desa Sungai Gebar Kecamatan Betara dan Kuala Betara, Kabupaten Tanjabbar memprihatinkan.
Jalan sepanjang 26 kilometer yang merupakan jalur utama dua desa itu kini layaknya kubangan kerbau.
Setiap harinya, jalan ini dilalui oleh kendaraan roda dua dan empat yang membawa hasil pertanian dan barang dagangan.
• Begini Balasan Mengejutkan Maia Estianty pada Parto yang Larang Dul Masuk Rumahnya
• Dalam Sehari Volume Sampah di Batanghari Capai 25 Ton, DLH Imbau Masyarakat Agar Bisa Kelola Sampah
• Bentrokan China dan AS di Laut China Selatan Meruncing, Amerika Sebut Klaim China Tak Berdasar
Para pengguna jalan yang menggunakan roda dua pun apabila melintas di lokasi tersebut, harus ekstra hati hati untuk bisa melintasi jalan milik pemerintah ini.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Yosef salah satu pengguna jalan.
Ia menyebutkan bahwa kondisi jalan utama dua desa di Kecamatan Betara ini sangat menghambat aktifitas penguna jalan.
Ia menyebutkan bahwa jalan utama ini disaat musim hujan susah untuk dilalui, apalagi dalam kondisi licin dan berbatu koral dengan lubang menganga sering membuat penguna jalan terjatuh, bahkan mobil yang melintas di jalan ini bisa terbenam di badan jalan.
"Sejak satu bulan ini jalannya mengalami rusak parah. Sudah seperti kubangan kerbau," katanya, Minggu (19/7/2020).
Dengan rusaknya jalan utama ini kata dia membuat para pengguna yang membawa dagangan dengan roda empat terpaksa harus bersabar.
Dalam kondisi normal jalan menuju simpang dua Kecamatan Kuala Betara dan sebaliknya bisa bisa ditempuh dengan waktu dua jam.
Namun dalam kondisi rusak karena hujan seperti saat ini jarak tempuh perjalanan bisa memakan waktu tiga hingga enam jam," ungkapnya.
Sementara itu, salah satu pengendara Arif yang membawa barang dagangan nya menuturkan bahwa sejak jalan dua desa ini mengalami kerusakan, dagangan yang bawa menjadi terhambat dan pendapatan omset yang ia pun menjadi berkurang.
"Kondisi jalan rusak omzet kita berkurang, biasanya kalau kondisi jalan normal pendapatan omset penjualan kita bisa Rp 4 sampai Rp5 juta. Namun, bila jalan rusak seperti saat ini omzet menurun pendapatan paling sekitar Rp 3 juta," katanya.
Ia berharap pemerintah bisa memperbaiki jalan yang sudah rusak ini, sehingga transportasi bisa menjadi lancar dan perekonomian masyarakat menjadi meningkat.
"Kalau bisa Pemerintah Kabupaten Tanjabbar dapat segera memperbaiki jalan utama ini. Supaya kami yang berdagang melalui jalur jalan ini merasa nyaman dan lancar," sampainya.