Pandemi Covid-19 Belum Berakhir, Pemerintah Waspadai Serangan Flu Babi atau Flu G4 di China

Pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir, bahkan terjadi peningkatan kasus baru setiap harinya.

Editor: Heri Prihartono
Tribunjambi/Mareza
Peternakan babi 

TRIBUNJAMBI.COM - Pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir, bahkan terjadi peningkatan kasus baru setiap harinya.

Pandemi Covid-19 yang belum berakhir diperparah dengan adanya flu babi atau flu G4 (G4 EA H1N1) di China.

Pemerintah Indonesia saat ini siaga dalam hadapi flu babi agar tak terjadi di Indonesia.

Kasus Covid-19 di Seluruh Dunia Capai 12,5 Juta, WHO Peringatkan Soal Kondisi yang Kian Memburuk

Adanya virus flu babi baru di China, bikin Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong semua kementerian dan lembaga terkait meningkatkan kewaspadaan dan kesiapasiagaan.

Dorongan tersebut dengan melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian virus flu babi G4.

"Virus G4 EA H1N1 juga potensi menimbulkan pandemik dan perlu kita waspadai. Kesiapsiagaan, kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian virus ini perlu segera kita lakukan," ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto dalam Seminar online 'Memahami dan Mewaspadai Ancaman Virus Flu Babi Baru (G4 EA H1N1)", Jumat (10/7/2020).

Langkah dan upaya yang perlu dilakukan di dalam mengantisipasi pandemi akibat virus G4 EA H1N1 adalah melakukan penguatan komunikasi, koordinasi, kolaborasi antar Kementerian dan lembaga terkait.

"Baik itu di jajaran kesehatan hewan, jajaran kesehatan satwa liar, maupun dalam jajaran kesehatan masyarakat dengan pendekatan bersama-sama masyarakat"

CATAT! Kegiatan Belajar Mulai 13 Juli 2020, Tak Semua Sekolah Masuk, Cek Jadwal TK/PAUD,SD,SMP, SMA

"Di dalamnya tentunya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama dan upaya ini merupakan pilar keberhasilan bahan dan pengendalian penyakit zoonosis di masa sekarang dan di masa mendatang," jelasnya.

Dalam mewujudkan keberhasilan penanggulangan virus ini, kata dia, Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4/ 2019 tentang Peningkatan Kemampuan Dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia, sudah mengaturnya.

Antara lain mengamanatkan pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan melalui pendekatan iptek primer dan respon diperkuat dengan pendekatan one health, sosialisasi kepada segenap tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, kesehatan satwa liar serta segenap lapisan masyarakat.

Lalu apa yang dapat dilakukan sejak dini agar tidak menjadi masalah nasional dan global?

Penguatan informasi lintas sektor kata dia, dapat diperkuat di mana deteksi dini respon menjadi landasan dalam kolaborasi kerjasama lintas sektor.

Tertipu Foto Pria Tampan di Facebook, Siswi SMP di Gresik Ternoda Perbuatan Bejat Kuli Bangunan

"Saya sampaikan pesan dan harapan, agar kita senantiasa meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan kita dan mengendalikan semua penyakit yang berpotensi termasuk yang berpotensi menimbulkan pandemi," ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mewaspadai kemungkinan serangan flu babi pada manusia dengan terus melakukan surveilans, sehingga mewaspadai berbagai kemungkinan yang terjadi.

Laporan dari ilmuwan China menyebutkan bahwa galur atau strain baru virus influenza G4 berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis). Kemenkes pun mewaspadai hal itu.

Bisa Menular Antarmanusia?

Sejumlah peneliti temukan flu babi jenis baru di China, yakni flu G4.

Diketahui, penemuan flu babi jenis baru yakni flu G4 bisa menjadi pandemi seperti virus corona atau Covid-19.

Namun apakah flu babi G4 bisa menular? Bisakah flu babi G4 menular antarmanusia?

Temuan itu diungkap oleh sebuah penelitian yang diterbitkan PNAS jurnal sains di Amerika Serikat (AS) pada Senin (29/6/2020).

Dilansir dari AFP, virus yang dinamai G4 ini secara genetik adalah turunan dari strain H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009.

Virus ini memiliki "semua syarat penting untuk bermutasi dan menginfeksi manusia," kata para penulis yang terdiri dari ilmuwan di sejumlah universitas China serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.

Dari 2011-2018, para peneliti dari China Agricultural University (CAU) mengambil 30.000 tes swab hidung dari babi-babi di rumah jagal 10 provinsi China, termasuk di rumah sakit hewan.

Tes massal itu berhasil mengumpulkan 179 jenis flu babi.

Mayoritas adalah jenis baru yang sudah dominan berada di babi-babi sejak 2016.

Para peneliti kemudian melakukan berbagai percobaan termasuk pada ferret, sejenis musang yang banyak digunakan dalam studi flu.

Ferret dipakai lantaran memiliki gejala flu yang mirip manusisa, seperti demam, batuk, dan bersin.

AFP mewartakan, virus G4 sangat menular, bereplikasi dalam sel manusia, dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada ferret dibandingkan virus-virus lainnya.

Hasil tes juga menunjukkan kekebalan yang didapat manusia dari paparan flu musiman, tidak memberikan kekebalan terhadap G4.

Menurut hasil tes antibodi, sebanyak 10,4 persen pekerja di industri babi sudah terinfeksi.

Hasil tes pun menunjukkan 4,4 persen populasi umum tampaknya juga telah terpapar.

Dengan demikian virus telah berpindah dari hewan ke manusia.

Tapi belum ada bukti virus itu dapat menular antarmanusia.

"Itu kekhawatiran kami bahwa infeksi virus G4 akan beradaptasi di manusia dan meningkatkan risiko pandemi pada manusia," tulis para peneliti sebagaimana dikutip AFP.

Para penulis pun menyerukan upaya-upaya mendesak untuk memantau orang-orang yang bekerja dengan babi.

"Ini pengingat yang baik bahwa kita terus-terusan menghadapi risiko munculnya patogen zoonosis baru"

"dan bahwa hewan ternak, yang berkontak lebih dekat dengan manusia daripada satwa liar, juga bisa menjadi sumber virus pandemi," terang James Wood kepala departemen kedokteran hewan di Universitas Cambridge, dikutip dari AFP.

Infeksi zoonosis disebabkan oleh patogen yang melompat dari hewan ke manusia.

Flu Babi Era Obama-Biden

Donald Trump mengecam Barack Obama meyusul kritik yang ditujukan kepadanya soal penanganan pandemi coronavirus.

Selain menyerang Obama, seperti dikutip Daily Mail, Trump juga mengecam Wakil Obama kala jadi Presiden yakni Joe Biden yang diprediksi  menjadi calon Partai Demokrat 2020 dalam Pilpres 2020 ini.

"Kami mendapat nilai bagus untuk penanganan pandemi CoronaVirus, terutama BAN awal orang-orang dari China, sumber infeksi, memasuki AS," Demikian Trump kerkicau.

Ia lalu membandingkan dengan pemerintahan Obama saat menangani wabah H1N1 atau Flu Babi.

"Bandingkan dengan bencana Obama / Sleepy Joe yang dikenal sebagai H1N1 Flu Babi. Nilai jelek, polling buruk - tidak punya petunjuk! " kicaunya.

Sekitar satu tahun setelah Obama menjabat, pandemi H1N1 menghantam AS. Dan pada Oktober 2009 ia menyatakan wabah itu darurat nasional.

Kicauan kasar Trump yang lebih dari 50-tweet Minggu pagi berakhir dengan tulisan 'HAPPY MOTHER'S DAY!'

Kicauan dan posting ulang membahas beragam topik, mulai dari membanting 'berita palsu', hingga penyelidikan yang melibatkan campur tangan Rusia, hingga DOJ menjatuhkan kasus Michael Flynn, ke negara yang mulai dibuka kembali.

Dia menggembar-gemborkan negara itu mulai mengakhiri penguncian dan tinggal di rumah dengan tweet gambar dari lapangan golf Los Angeles, yang sekarang dibuka kembali dan menerima pemesanan.

Trump bahkan meretwet sejumlah kicauan menyangkut Obama.

Trump juga berbagi tweet lain yang menyoroti tindakan yang menurutnya bermasalah selama masa kepresidenan Obama.

Kecaman Obama

Sebelumnya, Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama mengecam keras penggantinya, Donald Trump, dalam menangani krisis virus corona di AS.

Dalam percakapan video untuk kalangan terbatas, Obama menyebut penanganan pandemi oleh pemerintah AS sebagai "bencana yang sangat amburadul".

Obama mengatakan hal itu ketika mendorong eks-stafnya agar membantu tim sukses calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, dalam pilpres mendatang, seperti dilaporkan CNN.

Gedung Putih menanggapi pernyataan Obama dengan mengatakan bahwa respons Presiden Trump terhadap pandemi merupakan aksi "yang belum pernah terjadi sebelumnya" sehingga dapat "menyelamatkan nyawa rakyat AS".

Selama percakapan video, Obama mengatakan pendekatan Trump terhadap pemerintah dalam menanggapi virus corona patut disalahkan.

"Hal itu akan menjadi buruk bahkan dengan langkah terbaik pemerintah," katanya seperti dikutip dalam percakapan video itu.

"Itu benar-benar bencana yang sangat kacau ketika pola pikir 'apa untungnya buat saya' dan 'persetan dengan orang lain', diterapkan dalam pemerintahan kita."

Obama juga mengkritik keputusan pembatalan tuntutan pidana terhadap mantan Penasihat Keamanan Nasional, Michael Flynn.

Bagaimana situasi virus corona di AS?

Hampir 80.000 orang meninggal dunia dan pemerintah AS memastikan lebih dari 1,3 juta kasus - keduanya merupakan yang tertinggi di dunia.

Banyak negara bagian mulai menerapkan karantina wilayah alias lockdown pada Maret lau.

Namun saat ini sudah mencabutnya, sehingga memungkinkan warga untuk kembali bekerja.

Tetapi para pejabat kesehatan memperingatkan pelonggaran itu dapat menyebabkan virus menyebar lebih jauh.

Pendekatan Trump terhadap pandemi ini tidak jelas.

Seperti ditulid BBC Indonesia, Pada Februari lalu dia menolak ancaman pandemi, dengan mengatakan persoalan itu akan hilang dengan sendirinya, tetapi pada pertengahan Maret dia mengakui tingkat keparahannya.

Pada April, dia mengatakan bahwa mengonsumsi cairan disinfektan bisa menjadi pengobatan - ucapan yang ditolak para ahli.

Pekan lalu dia mengumumkan akan mengakhiri kerja gugus tugas virus corona.

Tetapi kemudian dia mengatakan masa kerjanya akan berlanjut - namun fokus pada pembukaan kembali aktivitas ekonomi.

Anggota gugus tugas penanganan virus corona Gedung Putih mungkin terpapar virus

Dalam perkembangan terbaru, tiga anggota gugus tugas penanganan virus corona Gedung Putih melakukan isolasi mandiri selama dua pekan karena kemungkinan terpapar Covid-19.

Dr Anthony Fauci, yang dikenal sebagai simbol melawan virus di AS, adalah salah seorang yang akan masuk ke karantina.

Lembaga yang dipimpinnya, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan dia "berisiko relatif rendah" terpapar virus tersebut.

Anthony Fauci kemudian dinyatakan negatif.

Pria berusia 79 tahun itu akan bekerja dari rumah untuk sementara waktu dan akan diuji secara teratur, kata lembaga itu.

Sekretaris pers Wakil Presiden Mike Pence, Katie Miller, mengatakan istri asisten Trump, Stephen Miller, dinyatakan positif terkena virus itu pada Jumat lalu.

Siapa saja yang mengisolasi diri?

Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyajit (CDC), Dr Robert Redfield, dan komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Stephen Hahn, juga melakukan isolasi mandiri.

Dalam sebuah pernyataan, CDC mengatakan Dr Redfield, 68 tahun, tidak memiliki gejala dan merasa tidak enak badan.

Namun akan melakukan kerja jarak jauh selama dua pekan setelah "berisiko relatif rendah" terpapar dari seseorang di Gedung Putih. Tidak jelas siapa sosok tersebut.

Dan seorang juru bicara FDA mengatakan kepada kantor berita Reuters pada Jumat bahwa Stephen Hahn, yang berusia 60 tahun, juga melakukan isolasi diri.

Dia juga dinyatakan negatif, demikian menurut juru bicara itu.

Ketiga orang itu direncanakan diundang komite Senat pada Selasa.

Sebelum ada pemberitaaan tentang Dr Fauci, ketua komite Senator Lamar Alexander mengatakan, Dr Redfield dan Dr Hahn akan diizinkan untuk bersaksi melalui jaringan video.

(Tribunnews.com/Kompas.com/Wartakotalive.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Pemerintah Tingkatkan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Cegah Flu Babi Baru" dan di Kompas.com dengan judul "G4, Flu Babi Jenis Baru yang Muncul di China dan Bisa Jadi Pandemi"

 
 
 

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Belum Selesai Virus Corona, Pemerintah Indonesia Waspadai Virus Flu Babi Baru atau G4 dari China, https://wartakota.tribunnews.com/2020/07/10/belum-selesai-virus-corona-pemerintah-indonesia-waspadai-virus-flu-babi-baru-atau-g4-dari-china?page=all


Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved