Jeritan Hati Citra Terjebak Budaya Kawin Tangkap Sumba, Pegiat Perempuan Beri Kecaman Keras

Di Sumba ada budaya yang disebut kawin tangkap sebuah perkawinan yang diawali dengan penculikan.

Editor: Heri Prihartono
PEXELS.COM
Ilustrasi pernikahan 

TRIBUNJAMBI.COM, SUMBA - Di Sumba ada budaya yang disebut  kawin tangkap sebuah perkawinan yang diawali dengan penculikan.

Praktik kawin tangkap dinilai kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan mengatasnamakan budaya.

Praktik itu berbentuk penculikan untuk perkawinan.

Deretan Artis yang Protes Gara-gara Tagihan Listrik di PLN Membengkak, Yuk Intip Siapa Aja!

Setelah Bunuh 8 Polisi, Preman Paling Diburu di India Akhirnya Tumbang di Timah Panas

Dia menjerit dan meronta-ronta untuk melepaskan diri.

Simak kisah Citra selengkapnya di bawah ini!

Foto ilustrasi wanita Sumba. Pegiat perempuan mengatakan kawin tangkap merendahkan martabat perempuan.
Foto ilustrasi wanita Sumba. Pegiat perempuan mengatakan kawin tangkap merendahkan martabat perempuan. (Reuters/Willy Kurniawan via Kompas.com)

Pejabat pemerintah daerah Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ), menandatangani kesepakatan menolak praktik kawin tangkap.

Hal itu dilakukan demi meningkatkan perlindungan perempuan dan anak.

Kesepakatan itu dibuat setelah muncul video viral pada akhir Juni lalu yang memperlihatkan seorang perempuan di Pulau Sumba dibawa secara paksa oleh sekelompok pria dalam sebuah praktik yang dikenal masyarakat setempat dengan sebutan kawin tangkap, atau penculikan untuk perkawinan.

Menanggapi video itu, pemerintah melalui Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, menyatakan prihatin.

Dia kemudian berkunjung ke Sumba pada pekan lalu untuk membahas permasalahan praktik itu, yang ia sebut sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan mengatasnamakan budaya.

 

Sejumlah pegiat perempuan mendorong pemerintah daerah untuk tegas menanggapi praktik 'kawin tangkap'.

Alasannya, hal itu dianggap sebagai bentuk ketidakadilan yang berlapis bagi perempuan dan juga menimbulkan stigma bagi korban yang berhasil keluar dari penculikan.

Adapun pengamat budaya mengatakan hingga kini perdebatan terus berlanjut terkait asal usul praktik tersebut.

Ketidaktegasan untuk menghentikannya juga dianggap sebagai pemicu kejadian terus berulang.

Petaka Kepergok Memperkosa Sapi, Pria di India Siap-siap Hadapi Penjara Seumur Hidup

Han Seo Hee Kembali Terlibat Skandal Narkoba, Ini Deretan Kasus yang Menjerat Nama Populernya!

'Saya tidak punya kekuatan'

Foto ilustrasi. Pemerintah daerah Sumba sepakat meningkatkan perlindungan perempuan dan anak, termasuk melalui menolak praktik kawin tangkap.
Foto ilustrasi. Pemerintah daerah Sumba sepakat meningkatkan perlindungan perempuan dan anak, termasuk melalui menolak praktik kawin tangkap. (Reuters/Willy Kurniawan)
Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved