Jeritan Hati Citra Terjebak Budaya Kawin Tangkap Sumba, Pegiat Perempuan Beri Kecaman Keras
Di Sumba ada budaya yang disebut kawin tangkap sebuah perkawinan yang diawali dengan penculikan.
Citra, bukan nama sebenarnya, menceritakan praktik kawin tangkap dia alami saat tinggal di Kabupaten Sumba Tengah pada 2017 lalu.
Ia mengaku dirinya ditangkap dan ditahan selama berhari-hari oleh pihak keluarga yang menginginkannya sebagai menantu.
Pada Januari tahun itu, Citra bekerja di sebuah lembaga swadaya masyarakat setempat dan diminta ikut rapat oleh pihak yang ia sebut janggal dari keseharian tugasnya.
Meski demikian, ia memenuhi tanggung jawabnya dan menghadiri pertemuan itu.
Kira-kira satu jam setelah pertemuan itu berjalan, Citra mengatakan bahwa mereka meminta untuk berpindah lokasi.
Citra mengiyakan dan hendak menghidupkan motornya ketika sejumlah orang tiba-tiba mengangkat dan membawanya ke dalam sebuah mobil.
Wanita yang saat itu berusia 28 tahun itu menjerit dan meronta-ronta mencoba melepaskan diri.
"Tapi saat itu ada dua orang yang memegang saya di belakang (mobil).
Saya tidak punya kekuatan," tuturnya sambil mengingat kejadian itu, Senin (6/7/2020).
• Kasus Covid-19 di Seluruh Dunia Capai 12,5 Juta, WHO Peringatkan Soal Kondisi yang Kian Memburuk
• Terungkap 8 Manfaat Mengerjakan Mengerjakan Aktifitas Salat Tahajud bagi Seorang Muslim
Dalam perjalanan, ia mengirimkan SMS kepada keluarga dan pacarnya saat itu untuk mengatakan bahwa ia dibawa lari.
"Sampai di rumah pelaku, sudah banyak orang, sudah pukul gong, pokoknya [menjalankan] ritual yang sering terjadi ketika orang Sumba bawa lari perempuan," jelas Citra.
Ritual dan rayuan
Ia mengatakan ia terus melakukan perlawanan dan berusaha untuk mengelak dari ritual-ritual yang dianggap dapat membantu menenangkan perempuan yang ditangkap, seperti penyiraman air pada dahi.

"Saya naik ke pintu rumah adat mereka, biasa ada ritual siram air.
Kalau istilah orang Sumba, ketika disiram air, kita tidak bisa kembali, tidak bisa turun lagi dari rumah tersebut.