Kisah Jenderal Hoegeng saat Kapolri Tak Mau Beri Surat Izin untuk Putranya Masuk Akabri
"Beliau melukis, dan ini yang saya juga merasa berdosa besar sama beliau. Alat-alat (melukis) kesayangan beliau, kuas, itu saya gunduli...."
Didit yang kecewa dengan sikap ayahnya di Mabes Polri lantas pulang ke rumah.
Namun, begitu Hoegeng tiba di rumah, lanjut Didit, Kapolri itu kembali menjadi sosok ayah yang dikenalnya.
"Begitu beliau sampai rumah langsung nanya, "Dit sudah makan kamu? rokok masih ada?" Tanpa menyebutkan pertemuan kita tadi di kantor. Di situ saya lihat bahwa beliau memisahkan antara urusan kantor dengan urusan rumah," kata Didit bercerita.

Didit yang meminta surat izin untuk mengikuti sekolah Angkatan Udara pun tak pernah lagi dibahas keduanya.
Hoegeng pun bersikap normal di rumah.
Pada hari kelima setelah Didit meminta surat izin, ajudan Hoegeng mengundang Didit ke Mabes Polri.
Alasannya Hoegeng ingin membicarakan tentang surat izin mendaftar Angkatan Udara.
"Saya cuma berdiri, beliau minta saya duduk, dan beliau cuma menyampaikan, "Sudah mantap kamu mau masuk Akabri?" Kemudian saya katakan sudah," ujar Didit bercerita.
"Satu hal saya minta, tidak masuk polisi," Didit menirukan ucapan Hoegeng.
Usai perbincangan tersebut, Hoegeng meminta Didit segera ke tempat pendaftaran.
"Saya bilang saya perlu izin orang tua, dia minta saya tetap ke sana. Saya pikir dia Kapolri, mungkin radiografi sudah sampai ke sana. Tapi ternyata begitu saya sampai ke tempat pendaftaran, di situ sudah dua hari yang lalu ditutup," kata Didit.
Mendapati pendaftaran Angkatan Udara sudah tutup, Didit pun langsung kesal dengan ayahnya.
Didit segera pulang ke rumah.
Begitu tiba di rumah, Didit yang tak berani protes kepada Hoegeng menggunduli kuas-kuas lukis kesayangan Hoegeng.
Menurut Didit, menggunduli kuas lukis Hoegeng merupakan dosa terbesar yang pernah dilakukannya.