Kisah Jenderal Hoegeng saat Kapolri Tak Mau Beri Surat Izin untuk Putranya Masuk Akabri

"Beliau melukis, dan ini yang saya juga merasa berdosa besar sama beliau. Alat-alat (melukis) kesayangan beliau, kuas, itu saya gunduli...."

Editor: Duanto AS
KOMPAS/Hendranto
Kapolri Jenderal Pol Hoegeng Imam Santoso (kanan) bersama Rektor ITB Prof Dr. Dody Tisna Amidjaja hadir dalam sidang pertama dan kedua dan II kasus penembakan 6 Oktober 1970 di pengadilan Bandung, 1 Desember 1970. Dalam percakapan-percakapan selesai sidang, ia menginginkan agar orang yang bersalah dalam peristiwa 6 Oktober dihukum. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Jenderal Hoegeng Iman Santoso dikenal sebagai sosok polisi yang jujur dan berintegritas.

Kapolri periode 1968-1971 tersebut dikenal luas masyarakat Indonesia.

Kedisiplinan dan kejujuran Hoegeng melegenda karena tidak pandang bulu dalam menjalankan tugasnya.

Hoegeng diketahui pernah menolak memberi surat izin kepada putranya yang hendak mendaftar di Angkatan Udara.

Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit (70), putra Hoegeng bercerita, pada tahun 1968, dirinya yang baru lulus SMA hendak mendaftar menjadi anggota Angkatan Udara.

"Jadi saya mendaftar semua sendiri, tes apapun semua saya lakukan sendiri tanpa memberitahu beliau," kata Didit kepada Tribun, Selasa (6/7/2020).

Dikenal Sebagai Polisi Jujur dan Menginspirasi, Siapa Sebenarnya Jendral Polisi Hoegeng?

KSAD Kena Tilang Polantas Jogja, saat Baca Nama di SIM Pak Polisinya Baru Sadar

Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini 8 Juli 2020 di 33 Kota Besar di Indonesia, Awas Hujan Petir

Usai menjalani serangkaian tes masuk Angkatan Udara, ada tahap pengecekan data CV.

"Itu ditemukan bahwa saya anak laki satu-satunya. Pada saat itu, anak laki pertama, atau anak laki satu-satunya dalam keluarga, harus membawa izin tertulis dari orang tua," tutur Didit.

Tidak ada jalan lain buat Didit saat itu.

Ia pun bergegas menghadap Jenderal Hoegeng yang kala itu menjabat sebagai Kapolri.

Didit bertemu dengan ayahnya, Jenderal Hoegeng di Mabes Polri pada pukul 15:30 WIB.

Di sana Didit menemukan sosok ayahnya.

Polwan ini Pertaruhkan Nyawa Nyelinap ke Kamar Gembong Narkoba, Terjebak di WC: Diwarnai Tembak Mati

"Seperti biasa saya bilang Hai Pap. Beliau dengan tanpa ekspresi, tanpa hai Dit ada apa, beliau cuma lihat dan nanya ada perlu apa. Saya juga agak shock waktu itu, tapi langsung saya sampaikan bahwa saya perlu izin orang tua," ujar Didit.

"Dia cuma tanya untuk apa, kemudian saya sampaikan niat saya. Tanpa omong panjang, beliau bilang nanti saja, beliau terus bekerja," sambung Didit.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved