Virus Corona
Kasus Covid-19 di Surabaya Makin Tinggi, Perantau Sulit Mendapatkan Fasilitias Pelayanan Kesehatan
tingginya kasus corona di Surabaya dan zona merah lainnya di Jawa Timur berdampak pada banyaknya perantau yang terpapar Covid-19 memilih mudik
TRIBUNJAMBI.COM - Penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia makin banyak. Termasuk di Surabaya, Jawa Timur.
Namun, angka pasien yang sembuh dari Covid-19 juga cukup banyak. Sementara, pasien yang meninggal tidak mengalami lonjakan banyak.
Sementara, tingginya kasus corona di Surabaya dan zona merah lainnya di Jawa Timur berdampak pada banyaknya perantau yang terpapar Covid-19 memilih mudik ke bumi reog.
Para perantau asal Ponorogo memilih mudik lantaran kesulitan mendapatkan fasilitas kesehatan yang sudah melebihi kapasitas di daerah mereka merantau.
• Siapa M Nasir, Berani Usir Dirut PT Inalum Saat Rapat di DPR, Ternyata Dekat dengan Nazaruddin
• 4 Pengedar Uang Palsu Ditangkap, Rp 1,4 Juta Sudah Beredar di Kuala Tungkal, Ratusan Juta Disita
• Niat Hotman Paris Ingin Tamara Bleszynski Jatuh Kepelukannya Gagal Karena Ini: Gue Naksir sama Lu!
"Membeludaknya kasus Covid-19 di Surabaya dan zona merah lainnya mengakibatkan orang-orang (perantau asal Ponorogo) yang sakit di sana sangat sulit mendapatkan fasilitas pelayanan atau perawatan karena sudah overload. Sehingga mereka memilih pulang untuk mencari fasilitas pelayanan kesehatan yang masih bisa menerima,” ujar Bupati Ponogoro Ipong Muchlissoni kepada Kompas.com, Rabu (1/7/2020) malam.
Banyaknya perantau asal Ponorogo yang pulang dalam kondisi sakit sangat berisiko bagi diri sendiri dan orang lain. Kondisi ini terbukti dari total 45 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, 11 diantaranya berasal dari perantau.

Dari 11 pasien positif, dua di antaranya meninggal dunia. Keduanya memiliki riwayat bekerja di Surabaya dan memilih pulang setelah mengalami sakit dengan gejala klinis Covid-19.
“Mereka sudah sakit di Surabaya beberapa hari, tapi justru mereka malah pulang dan sampai Ponorogo langsung masuk rumah sakit. Setelah itu keesokan harinya meninggal dunia,” ungkap Ipong.
Untuk penanganan dan pengawasan perantau yang mudik, Pemkab Ponorogo memonitor ketat di tingkat RT dan RW. Begitu mendapati pemudik yang sakit langsung diisolasi.
• Zuraida 5 Kali Hubungan Intim dengan Jefri Sebelum Bunuh Hakim Jamaluddin, Kini Divonis Mati
• Sempat Menginap di Hotel, Biduan Dangdut Seksi Ayu Vaganza Ditangkap Polisi karena Narkoba
• Malangnya Nasib Via Vallen, Sedih Mobilnya Terbakar, Inul Daratista: Ojo Nangis, Aku Ikut Prihatin
Pemkab Ponorogo juga sudah mengimbau agar para perantau tidak pulang. Pihaknya siap membantu pengobatan jika ada warga di perantauan sakit dan kesulitan mengakses fasilitas kesehatan.
Bahkan, Pemkab Ponorogo juga siap menjemput perantau yang sakit bila telantar tanpa pengobatan di daerah perantauan.
Kendati banyak warganya dalam kondisi sakit dibiarkan pulang, Ipong tidak memprotes pemerintah daerah tempat bekerja warganya.
Ia menilai daerah zona yang kebanjiran pasien Covid-19 sudah kewalahan mengatasi persoalan di daerah mereka.
“Jangan lagi kita bebani dengan protes-protes yang tidak perlu. Banyaknya pasien kan juga bukan maunya mereka,” ucap Ipong. Untuk diketahui, kasus Covid-19 di Kabupaten Ponorogo hingga Rabu malam berjumlah 45 kasus. Rinciannya, 31 orang sembuh, 12 pasien masih diisolasi di rumah sakit, dan dua orang meninggal dunia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Covid-19 di Surabaya dan Zona Merah Membeludak, Warga Sakit Sulit Dapat Pelayanan...
• Zuraida Melawan Usai Divonis Mati Karena Bunuh Hakim, Ajukan Banding, Nilai Putusan Melanggar HAM
• Viral Ibu Marahi Anaknya karena Lebih Senang Merajut, Psikolog Sebut Itu Bisa Buat Trauma
• Soal Gaji ke-13 PNS, Pensiunan dan TNI Polri, Kemenkeu MINTA MAAF: Lagi Fokus Covid-19
• Fakta Ariel Tatum Soal Jadi Simpanan Om-om hingga Ditawari Main Cinta Sesaat oleh Hidung Belang