Sepanjang Pandemi Covid-19, Muncul 1.355 Janda Baru di Bandung Penyebabnya Ekonomi sampai KDRT
Selama pandemi Covid-19, jumlah janda di Bandung juga meningkat, ternyata ini penyebabnya.
Adapun pemicu utama perceraian, disebutkan Asep, adalah faktor ekonomi keluarga.
“Terutama dari cerai gugat, berawal karena istri merasa nafkah yang dikasih suaminya kurang, tidak cukup, atau suaminya sama sekali tidak menafkahi. Bahkan, kelebihan harta juga bisa memicu perselingkuhan,” terang dia.
Selain ekonomi, faktor moralitas atau akhlak juga cukup tinggi menjadi penyebab gugatan cerai.
“Suami yang berselingkuh atau sebaliknya, dan beberapa kasus berujung pada terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,” ujar Asep.
Dijelaskan, beberapa perkara yang ditanganinya, bibit perceraian dimulai saat istri memutuskan bekerja karena suami menganggur atau malas bekerja sehingga nafkah yang diberikan kepada istri dinilai kecil.
“Namun, seiring berjalannya waktu, sang istri merasa dieksploitasi tenaganya oleh suami. Sehingga memicu pertengkaran rumah tangga,” katanya.
Soal istri bekerja
Selain itu, keberadaan istri yang bekerja di luar rumah juga turut memicu terjadinya praktek perselingkuhan.
“Kendati suami yang berselingkuh masih lebih tinggi dibanding perselingkuhan yang dilakukan perempuan atau istri,” sebut Asep.
Rentannya perceraian akibat kondisi ekonomi dan perselingkuhan ini, menurutnya lebih karena faktor moralitas atau akhlak serta mentalitas kedua pasangan.
"Di sinilah kemudian perlunya saling memahami tugas dan kewajiban masing-masing. Respek terhadap pasangan juga sangat penting," ucapnya.
Tingkat Kehamilan Juga Meningkat
Sementara itu, selama tiga bulan pandemi Covid-19, Layanan Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Semarang sempat terhenti.
Angka kehamilan pun diperkirakan naik hingga 15 persen.
Bupati Semarang, Mundjirin, menuturkan, saat ini target Pemkab Semarang tahun ini yakni 23 ribu akseptor terlayani di Kabupaten Semarang.
"Saat ini karena corona jadi sempat 3 bulan terhenti. Target tersebut baru 30 persen terpenuhi hingga semester pertama di tahun 2020," kata Mundjirin di Puskesmas Bringin, Kabupaten Semarang, Senin (29/6/2020).
Untuk kenaikan 15 persen angka kehamilan di Kabupaten Semarang, ia menilai disebabkan karena beberapa layanan KB membutuhkan bantuan petugas untuk pemasangan.
"Misal susuk, spiral, suntik, harus dilakukan petugas," jelasnya.
Ia menjelaskan saat pandemi corona di Kabupaten Semarang mereda, petugas melakukan optimalisasi pelayanan KB di Kabupaten Semarang.
Di antaranya di puskesmas di Kabupaten Semarang, hingga pelayanan door to door dengan mobil keliling milik Pemkab Semarang.
"Kami menargetkan daerah-daerah di Kabupaten Semarang yang sulit dijangkau, petugas menggunakan mobil keliling itu untuk mengakses daerah tersebut," katanya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Semarang, Romlah, menambahkan, berkaca tahun 2019, angka kelahiran di Kabupaten Semarang mencapai 15 ribu.
"Kami menargetkan di semester dua nantinya target 23 ribu akseptor terlayani di Kabupaten Semarang bisa terpenuhi," jelasnya.
Sementara, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Semarang, Bintang Narsasi, menjelaskan pihaknya segera mengupayakan sosialisasi penggalakan KB di Kabupaten Semarang.
Di antaranya lewat sosialisasi di posyandu, hingga kunjungan dari rumah ke rumah.
"Kami cek terus, sifatnya setelah pandemi usai kami intensifkan kembali sosialisasi tersebut," jelas dia. (Tribun Jabar/Kompas.com/TribunJateng)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Gara-gara Pandemi Covid-19, Ribuan Wanita di Bandung Jadi Janda: Karena Cekcok dan Perselingkuhan