Pilkada Serentak 2020
Pilkada Serentak 2020 di Tengah Pandemi Covid-19, Bukan Menguntungkan Tapi Ujian Berat Bagi Petahana
Pilkada 2020 yang digelar di tengah pandemi Covid-19 tidak akan menguntungkan calon yang merupakan petahana.
TRIBUNJAMBI.COM - Pilkada Serentak 2020 bakal diikuti sejumlah petahana. Pemungutan suara dilaksanakan pada 9 Desember 2020.
Pilkada serentak ini digelar di tengah Pandemi Covid-19. Namun, keputusan tersebut sudah final.
Sejumlah petahana disinyalir memanfaatkan momen pandemi Covid-19 ini.
Namun, Staf Khusus Menteri Dalam Negeri, Kastorius Sinaga, menyebutkan, Pilkada 2020 yang digelar di tengah pandemi Covid-19 tidak akan menguntungkan calon yang merupakan petahana.
Menurut Kastorius, justru petahana akan menghadapi ujian yang lebih berat lantaran melalui pandemi ini masyarakat menilai kepemimpinan petahana.
• Pura-pura Minta Dipijat, Tak Kuat Menahan Birahi, Pria Ini Tega Setubuhi Anak Kandung Sendiri
• Siapa Sebenarnya Engku Emran, Bos Media yang Baru Cerai Laudya Cynthia Bella, Boroknya Terbongkar!
• Tergiur Membeli iPhone 11 Dengan Harga Murah, Wanita Ini Malah Dikirimi Penjual Kartu Remi
Anggapan bahwa pilkada di situasi pandemi lebih menguntungkan calon petahana, kata dia, adalah keliru dan tidak didasarkan pada dinamika persoalan masyarakat di tengah wabah.
"Pilkada Serentak 2020 merupakan ujian kepemipinan bagi para kontestan, terutama untuk petahana, untuk dapat membuktikan mereka mampu memimpin dalam situasi tidak normal," kata Kastorius melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (30/6/2020).
Dengan adanya pandemi ini, kata Kastorius, Pilkada 2020 diharapkan menghasilkan pemimpin yang kompeten dalam menghadapi situasi krisis.
"Pilkada ini kita harapkan menghasilkan kualitas pemimpin yang genuine, bukan karbitan, bukan hanya bisa memimpin di masa enak tetapi di masa sulit," ujarnya.
Mengutip pemikiran futurolog Amerika Serikat bernama Francis Fukuyama, Kastorius menyebutkan bahwa ada tiga hal penting agar negara berhasil menghadapi pandemi.
• Ingat, Mulai 1 Juli Iuran BPJS Kesehatan Naik Lagi, Berikut Besaran Iurannya
• Siapa Sebenarnya Herman Darmo,Sang Legenda 39 Tahun Berkarya Kini Resmi Purna Tugas: Tak Perlu Sedih
• Tahu Mau Diajak Cerai, Angga Wijaya Buru-buru Minta Maaf ke Dewi Perssik: Aku Selalu Menjadi Beban
Pertama, kemampuan negara menyediakan sistem dan faslilitas kesehatan. Kedua, adanya social trust atau kepercayaan sosial yang menyebabkan masyarakat percaya dan menaati arahan pemerintahnya.
Ketiga, faktor kepemimpinan atau leadership yang menggerakkan upaya menanggulangi pandemi Covid-19.
Faktor leadership pemimpin itulah, menurut Kastorius, yang nantinya akan digunakan pemilih dalam memberikan suaranya pada calon kepala daerah.
"Apakah akan memiliki terobosan inovatif, atau hanya mengambil keuntungan dari keadaan," ujar Kastorius.
• Politisi Ini Asik Endus-endus Celana Dalam Wanita Saat Rapat Online, Langsung Ditegur Anggota Dewan
• Wajar Jika Ngotot Cerai, Perangai Asli Suami Laudya Cynthia Bella Dibongkar Habis oleh Mbak You
• Sebut Jokowi Frustasi Jadi Alasan Marah-marah dengan Menterinya, Fadli Zon: Karena Hadapi Krisis
"Apa program kandidat tersebut terhadap pemulihan ekonomi di daerahnya. Karena bila terjadi pemulihan di daerah, akan berkontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional," tuturnya.
Untuk diketahui, Pilkada 2020 digelar di 270 wilayah di Indonesia, meliputi sembilan provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Semula, hari pemungutan suara Pilkada akan digelar pada 23 September. Namun, akibat wabah Covid-19, hari pencoblosan diundur hingga 9 Desember 2020.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stafsus Mendagri Sebut Pilkada di Tengah Wabah Tak Untungkan Petahana